Rabu, 29 Juni 2016

Bagaimana Cara Mendisiplin Anak?

Sumber foto: focusonthefamily.com
Bahasan mendisiplin anak selalu menjadi topik yang dicari banyak orang tua. Displin bagi beberapa orang terdengar tidak enak karena berarti saat mendisiplin akan ada situasi yang tidak menyenangkan. Terkadang kita dihadapkan pada situasi yang berat antara mendisiplin dan rasa tidak tega untuk mendisiplin. Bahkan terkadang pula keengganan untuk mendisiplin muncul karena rasa cuek kita terhadap anak atau bahkan karena rasa bersalah kita karena kita jarang meluangkan waktu dengan anak-anak. Jadinya tidak enak hati untuk mendisiplin. Bahkan terkadang salah kaprahnya, beberapa orang tua merasa sekolah dan bahkan gereja bertanggung jawab mendisiplin anak dan juga menanamkan nilai-nilai yang baik.   

Mendisiplin anak merupakan salah satu bagian yang penting dalam parenting. Tuhan memberikan tanggungjawab pada setiap orang tua untuk membesarkan anaknya, yang berarti juga untuk mendisiplin dan mendidik anak-anaknya. Ada begitu banyak pendapat mengenai cara yang baik untuk mendisiplin. Saat saya menjadi 'orang tua' secara tidak langsung, saya dihadapkan kepada banyak pilihan untuk mendisiplin. Artikel satu dan yang lainnya seakan bagus tetapi belum tentu dapat diterapkan. Tetapi satu hal yang pasti buat saya, saat ingin mendisiplin, ikutilah firman Tuhan dan rancangan Tuhan untuk membentuk keluarga yang ilahi dan menanamkan nilai-nilai, karakter yang diinginkan.

Saya pernah membaca suatu artikel di focusonthefamily.com mengenai disiplin yang biblikal, yang diambil dari Ibrani 12: 4 - 11. Saya mencoba menuliskan lima karakteristik disiplin yang biblikal tersebut. Bagi yang ingin membaca lima karakteristik tersebut dalam versi aslinya dan dalam pemaparan yang lebih mendalam, silakan klik link di atas ya.

1. Kebutuhan disiplin: untuk mencegah kerusakan. 
Pernah mendengar ilustrasi tentang memberikan kunci mobil kepada si anak dan membiarkannya mengendarai sesuai maunya? Jika si anak mengambil rute yang salah dan kita tahu rute yang salah itu akan memimpin dia menuju jurang, apa yang akan kita lakukan? Pasti kita akan mengambil tindakan untuk mencegah si anak jatuh ke dalam jurang. (Tidak mungkin setelah jatuh, kita baru berkata: "Nak, jalan yang kamu ambil itu salah. Tetapi kami membiarkanmu memilih supaya kamu belajar") Awalnya si anak akan marah untuk sementara, tetapi setelah 10 tahun ke depan dia akan berterimakasih. Disiplin dapat diibaratkan seperti kisah diatas. Untuk mencegah bahaya, terkadang tindakan untuk mendisiplin anak harus dilakukan. Disiplin dapat dianggap sebagai cara kita melihat arah yang akan diambil oleh anak kita  Setiap disiplin menghasilkan reward di hari yang akan datang.

Banyak orang tua tidak mau mendisiplin atau menetapkan aturan tertentu karena takut untuk membuat anaknya marah. Atau dapat dikatakan tidak mau ada konflik dengan anak. Padahal, disiplin, bahkan disiplin yang menyakitkan, sesungguhnya merupakan ekspresi dari kasih. Displin selalu demi kebaikan si anak. Walau kita tidak ingin mengecewakan anak, tidak mau melihat anak menangis, tetapi tidak mengkompromikan disiplin dengan rasa takut tidak disayangi anak saat ini akan jauh lebih baik daripada menyesal dikemudian hari. 


2. Cara disiplin: Tindakan dan Kata-kata

Ada dua kata Ibrani yang digunakan saat menjelaskan tentang mendisiplin, yaitu yasar (disiplin), yang melibatkan tindakan Tuhan; dan yakach (teguran), yang mengacu pada firman Tuhan. Yasar mengacu pada tindakan pendisiplinan, dan yakach mengacu kepada kata-kata untuk mengkoreksi. Sebagai orang tua, seharusnya demikian cara kita mendisiplin anak. Kita membawa kata-kata dan tindakan, peringatan dan konsekuensi, ke dalam situasi anak kita dengan tujuan untuk menjaga mereka dalam track yang seharusnya. 

3. Motivasi saat mendisiplin: Untuk mengekspresikan kasih. 

Saat anak-anak yang dikategorikan sebagai anak bermasalah dan nakal ditanya mengenai perasaan orang tua mereka kepada mereka, sebagai bagian dari riset, hampir semuanya menjawab bahwa kurangnya disiplin dalam rumah mereka adalah tanda bahwa orang tua mereka tidak mengasihi mereka. Kita terkadang berpikir bahwa kita mengekspresikan kasih saat kita berulang kali mengatakan, "Saya berikan kamu kesempatan lagi." Tetapi sesungguhnya, apa yang kita lakukan itu dapat dikategorikan sebagai pengabaian. Kita mengabaikan untuk membuat batasan-batasan yang membuat anak-anak kita tahu bahwa mereka berada di safety zone (zona aman), dimana mereka dapat merasa secure atau aman. Salah satu cara menyatakan kasih sayang kita saat mendisiplin anak adalah dengan konsistensi. Anak akan merasa aman jika proses pendisiplinan kita kepada anak dilakukan secara konsisten. 

4. Tujuan disiplin: untuk mengajarkan ketaatan. 

Saat kita mengajarkan anak-anak kita mengenai penundukan diri, berarti kita sedang mengajarkan mereka untuk melakukan hal yang benar untuk alasan yang benar. Kita mau mereka untuk mengerti lebih dari sekedar berkata saya harus, mereka mengerti bahwa mereka taat karena mereka mengasihi dan percaya. Pada awalnya mungkin kedisiplinan mereka hanya secara eksternal (tampak luar), tapi sesungguhnya lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang internal- yang terintegrasi ke dalam kepribadian, menjadi disiplin pribadi, bukan sekedar disiplin yang jaim (jaga image). Cara anda mengatur bagaimana mereka berbicara dan bertingkah laku terhadap orang haruslah menjadi bagian dari diri mereka, sehingga saat regulasi atau aturan-aturan tersebut dihilangkan, tingkah laku yang sopan itu ada. Dengan kata lain, karakter mereka pun terbentuk. 

5. Hasil disiplin: Sakit jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. 

Alasan mengapa kita tidak suka mendisiplin anak-anak kita adalah karena disiplin melibatkan sakit jangka pendek. Kita simpati terhadap perasaan mereka, dan kita tidak pernah suka untuk menyakiti perasaan mereka. Disiplin, dalam bentuk apapun itu, pasti menghasilkan ketidaknyamanan bagi anak yang harus didisiplin. Tetapi di masa yang akan datang, dengan landasan disiplin yang benar, akan mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Seperti peribahasa: berakit-rakit dahulu, berenang-renang ke tepian; yang artinya bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Nah, berdasarkan lima karakteristik tersebut, saya mencoba untuk menuangkan apa yang berputar di otak saya mengenai disiplin dan bagaimana cara mendisiplin anak. 

1. Disiplin dimulai seawal mungkin.
Banyak yang berkata anak kecil yang terlalu sering dilarang dan mendengar kata jangan atau no akan menjadi anak yang tidak kreatif. Kalau menurut saya, kata-kata tersebut asal digunakan pada tempatnya tidak akan mengurangi kreatifitas anak dan tidak membuat anak menjadi berantakan. Justru harus dari kecil diberi tahu mana yang baik dan yang tidak baik, supaya mereka mengerti konsepnya dari sejak mereka kecil. Kesalahkaprahan akan terjadi saat orang tua (atau oma opa) berkata tidak apa-apa, kan masih kecil. Ini dapat diartikan bahwa disiplin dapat dimulai saat anak-anak sudah besar (teng tong). 

Disiplin harus dimulai sedini mungkin, dan tentu saja cara pendisiplinan disesuaikan dengan umurnya. Memulai disiplin saat anak sudah umur 10 tahun berarti membiarkan terbentuknya habit atau kebiasaan yang tidak baik. Bahkan bayi dapat dengan cepat menjadi manipulator hebat bagi orang tuanya, atau bahkan bagi oma opanya. Cara kita merespon manipulasi anak kita dari sejak dia bayi akan menentukan hasil di masa yang akan datang. Semakin lama kita mendisiplin anak, semakin besar rintangan yang akan ada. Anak-anak harus belajar menaati orang tuanya sedini mungkin. Menaati dan menghormati haruslah menjadi satu bagian. Penting bagi anak untuk menaati orang tua (melakukan apa yang orang tua katakan). Tetapi dasar mereka melakukannya adalah karena mereka menghormati dan mengasihi orang tua mereka. Hal ini yang harus ditanamkan sedini mungkin. Kami sendiri mengajarkan ini melalui lagu anak-anak yang liriknya berkata children obey your parents in the Lord...honor your father and mother... Jadi mereka belajar untuk mengingat kebenaran itu. Walau adik pernah salah bernyanyi menjadi: parents, obey your children in the Lord dan langsung dibetulkan oleh papa.Entah salah nyanyi atau memang ada maksud tersendiri =))  

2. Jadilah orang tua yang kreatif dalam mencari cara untuk mendisiplin anak.
Respon setiap anak terhadap disiplin bisa berbeda-beda. Kakak dan adik saja bisa berbeda dalam hal merespon setiap koreksi. Bahkan mood ataupun kondisi tubuh yang tidak fit saja dapat mempengaruhi respon si anak saat mendapatkan koreksi ataupun disiplin. Hal ini dapat dipahami karena Tuhan menciptakan setiap anak secara unik. Oleh sebab itu, kita pun harus menjadi orang tua yang kreatif dalam mencari cara untuk mendisiplin anak. Dan jika kita sudah berusaha untuk mendisiplin tetapi tidak berhasil, bukan berarti bahwa kita bisa mengabaikan mereka. Tetapi harusnya kita bekerja lebih keras mencari cara yang berbeda untuk mendisiplin anak.

3. Diperlukan konsistensi dan kesepakatan saat mendisiplin.
Konsistensi adalah hal yang penting saat mendisiplin anak. Anak-anak sangat mengerti dan jago dalam mengamati orangtuanya. Apalagi bagi anak-anak yang juga tinggal bersama oma opanya. Anak-anak tahu dengan pasti siapa yang harus mereka lirik saat mereka menangis, mau sesuatu atau saat mereka sedang dalam disiplin. Sekali kita tidak konsisten, maka anak akan mengingat dan akan menarik kesimpulan bahwa mereka bisa bargaining atau menawar di masa yang akan datang. Konsistensi juga membuat anak tahu apakah ekspektasi atau harapan dari orang tua mereka saat mereka didisiplin. 
Selain konsistensi, kesepakatan antara ayah dan ibu merupakan hal yang penting. Jika ayah dan ibu tidak sepakat, maka ini akan menjadi boomerang bagi orangtuanya saat mendisiplin. Jika ternyata orang tua mau memberikan keringanan saat mendisiplin, maka harus pihak yang memberikan disiplin yang menyampaikan ke si anak. Jadi anak tahu bahwa orang tua mereka satu suara. 

4. Terkadang diperlukan 'tongkat koreksi'.
Pola parenting anak masa kini cenderung meniadakan tindakan fisik kepada anak. hal ini tidak sepenuhnya salah, tapi sebetulnya boleh tidak sih pukulan atau tindakan fisik? Saya pribadi masih menganut paham 'tongkat koreksi' terkadang diperlukan saat mendisiplin anak. Tetapi hendaknya tongkat koreksi ini diaplikasikan dalam kondisi-kondisi yang memang diperlukan. Jika si anak sudah melakukan hal yang sangat berbahaya, atau bahkan membahayakan orang lain, dan sudah diperingatkan tiga kali (atau sesuai kesepakatan dalam keluarga) tetapi diabaikan, maka tongkat koreksi diperlukan. Dan pastikan saat menggunakannya tidak dilandasi amarah, supaya anak menangkap tujuan penggunaan tongkat koreksi. Tetapi jika orang tua tidak dapat mengendalikan diri sendiri dan bahkan memukul anak secara bertubi-tubi, maka orang tua tersebut harus mengerti bahwa ia kekurangan disiplin terhadap diri sendiri, belum dapat mengendalikan diri, dan sebaiknya ia sendiri berdoa supaya Tuhan mengubah orang tua ini sebelum ia menggunakan tongkat koreksi. Penggunaan tongkat koreksi pun harus secara konsisten. 

Saat saya mengurus keponakan saya, teman baik saya -yang sudah seperti kakak saya sendiri- mengatakan bahwa jika harus mendisiplin anak, sebaiknya menggunakan alat dan bukan tangan kita. Tujuannya agar anak tahu bahwa tangan yang biasa mengelus dia, yang menjadi alat untuk menunjukkan kasih dan kelembutan, bukanlah alat pemukul. Saat kakak lahir, kami mencoba menerapkan hal tersebut. Kami menggunakan sendok kayu khusus dan kami letakkan di tempat yang tepat. Saat kami terpaksa harus mendisiplin anak-anak dengan sendok kayu, kami tenangkan hati kami, supaya bukan emosi yang sampai kepada dia tetapi tujuan dan alasan pendisiplinan. Bahkan setelah tongkat koreksi diberikan, kami mencoba untuk berbicara lagi kepada mereka mengapa kami harus menggunakan sendok kayu. Tidak mudah juga loh terkadang.

Saya sendiri waktu kecil jarang kena disiplin secara fisik. Tetapi ibu saya pernah berkata kepada kakak saya yang waktu kecil sering dipukul (ulahnya sangat luar biasa dan bisa menjawab saat diomeli), bahwa di Alkitab ada ayat-ayat yang terdapat di kitab Amsal yang dapat menjelaskan mengenai tongkat koreksi. Bagi teman-teman yang mau mengetahui secara lebih dalam, silakan dibuka ayat-ayat berikut: Amsal 13:24, Amsal 22:15, Amsal 23: 13-14, Amsal 29:15, dan Ibrani 12:11.

5. Tetaplah tenang dan kendalikan diri kita saat mendisiplin
Saat anak-anak berulah, pastilah emosi kita sampai ke ubun-ubun, bahkan terkadang sampai keluar kepala. Rasanya pasti ingin meluapkan emosi, apalagi bagi para mama-mama pasti mau nyerocos dari A sampai Z. Pada saat seperti itu, ingatlah bahwa kita mempunyai otoritas atas anak-anak dan otoritas yang kita miliki adalah otoritas yang diberikan oleh Tuhan. Karena diberikan dan ditetapkan oleh Tuhan, maka kita tidak perlu hilang kendali atau bahkan berteriak. Saya terkadang berpikir sebetulnya saat kita berteriak atau menaikkan suara kita karena kita frustasi ngomong tidak didengar oleh si anak (atau suara si anak lebih besar dari kita). Dan setelah kita naik suara, pasti kita juga yang capek kan. Sebetulnya mungkin yang harus kita lakukan hanyalah tenang dan sadar posisi kita. Saat kita sadar posisi kita, sebagai pemegang otoritas atas anak kita, maka kita hanya perlu menerima tanggung jawab untuk mendisiplin anak kita dan secara yakin menetapkan konsekuensi (yang sesuai kebutuhan dan umur) dari tindakan ketidaktaatan anak kita. 

6. Fokus kepada tujuan pendisiplinan, yaitu karakter ilahi.
Masih berhubungan dengan poin 5, salah satu cara untuk membuat kita tetap tenang dan dapat mengendalikan diri adalah kita berfokus pada tujuan pendisiplinan. Bagi sebagian orang, saat mereka emosi, mereka bisa memukul sampai bertubi-tubi. Sebetulnya ini bentuk frustasi mereka karena mereka sudah bingung mau melakukan apa lagi terhadap si anak. Saya bisa memahami, tidak membenarkan loh ya, kenapa mereka melakukan hal seperti itu. Apalagi jika mereka mengorbankan banyak hal untuk mengurus anak mereka. Tetapi jika kita berfokus pada tujuan pendisiplinan, yaitu karakter ilahi, pasti kita dapat memilih cara yang lebih tepat untuk mendisiplin anak. 

Kami selalu menjelaskan kepada anak-anak bahwa apapun yang terjadi kami mengasihi mereka, dan saat kami  mendisiplin adalah karena mereka perlu didisiplin dan kami mengasihi mereka. Tentunya tidak mudah, kadang mau menangis rasanya. Tetapi ya kasih karunia Tuhan cukup bagi kami. 

7. Perlunya teknis dalam mendisiplin anak.
Harus diakui, terkadang adanya juklak (petunjuk pelaksanaan) atau teknis itu mempermudah hidup kita untuk mendisiplin anak-anak kita. Hal-hal seperti ini tentunya merupakan kesepakatan antara si ayah dan si ibu. Kami di rumah menerapkan sistem kesepakatan dengan anak. Misal, jika mereka tidak tidur siang, maka mereka tidak dapat menonton film X (karena otomatis mereka harus tidur lebih awal). Nah, saat mereka tidak tidur siang, mereka tahu konsekuensinya tidak akan menonton film X. Mau mereka nangis, ngelirik oma opa, mereka tahu tetap tidak akan menonton film X. Hal ini dipermudah karena kami sudah membuat kesepakatan di awal, bukannya konsekuensi diketahui oleh anak sesudah mereka melakukan 'pelanggaran'. Dengan kata lain, aturan main diketahui kedua belah pihak sebelum segala sesuatu, seperti saat kita main game kan. 


Saat saya menulis artikel ini, saya menunda cukup lama karena rasanya berat untuk menuliskannya, setiap hal menjadi pedang bermata dua bagi saya. Tetapi akhirnya saya menulis karena disiplin itu sangat penting. Jangan takut untuk mendisiplin anak. Mendisiplin anak tidak berarti kita mencari celah untuk memukul anak setiap saat. Mendisiplin juga tidak berarti membuat anak tidak dapat bereksplorasi karena dibatasi kata tidak dan jangan. Disiplin itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan sedini mungkin dan bukanlah hal yang tampak menyenangkan, karenan memulai konflik dengan anak sendiri. Tetapi hasilnya akan lebih menyenangkan, yaitu karakter ilahi.

Kami pun masih berjuang untuk mendisiplin anak-anak dan seringkali kami mau meledak dan berteriak. Tetapi sama seperti proses bagi anak-anak untuk didisiplin, ini merupakan proses bagi kami juga untuk mengedalikan diri kami:) Yang membuat kami tetap berjuang untuk mendisiplin anak-anak adalah tujuan kami agar anak-anak mempunyai karakter ilahi sehingga saat di masa yang akan datang anak-anak menjadi pribadi yang berkarakter dan berintegritas, yang berarti tetap melakukan segala hal yang baik bukan untuk dilihat orang tetapi karena mereka mengasihi Tuhan. Ingatlah tindakan kita saat ini akan membantu anak-anak kita memelajari bagaimana cara mereka nanti untuk hidup benar bagi lingkungannya. Anak-anak dapat tumbuh dengan karakter ilahi jika kita meluangkan waktu kita untuk menanamkan setiap disiplin ke dalam hidup mereka saat ini. Only by His grace, we can do that. 

Minggu, 26 Juni 2016

Mini Zoo di Dalam Mall

Bulan Juni merupakan bulan yang penuh dengan hiburan. Mengapa? Karena bulan Juni biasanya sekolah libur panjang. Jadi hampir semua mall, tempat rekreasi keluarga, dan tempat hiburan lainnya berlomba-lomba mengadakan acara untuk menarik pengunjung. Tentunya yang diuntungkan adalah pengunjung seperti saya.
pamflet Mini Zoo
Dari pertengahan bulan ini, dalam rangka libur sekolah dan bulan puasa, salah satu mall kesukaan Duo Lynns membuat acara-acara yang menarik untuk anak-anak. Salah satunya adalah Mini Zoo. Dari awal kami mengetahui ada Mini Zoo, kami kepikiran untuk ajak anak-anak ke sana. Hiburan untuk anak-anak, apalagi gratis. Rasanya buat emak-emak, kata gratis memberikan nilai tambah tersendiri. Tetapi karena kesibukan yang ada, maka rencana ini pun tertunda dan baru berhasil dilaksanakan di minggu ini. Itupun buru-buru. 

Mini Zoo diadakan di atrium lantai 1 Mall Artha Gading. Saat kami datang, pengunjungnya hanya tiga orang. Padahal kalau melihat foto teman-teman, biasanya penuh dengan orang. Mungkin karena kami datang dekat jam makan siang. Saat melihat binatang yang ada, mungkin dapat dikatakan mini pet show, karena yang ada hanyalah hewan-hewan yang biasa menjadi peliharaan. Adik bahkan bertanya kok tidak ada anak gajah kan katanya mini zoo. Tidak muat sayang:) Tetapi hewan memang selalu menjadi daya tarik bagi anak-anak kecil. Apalagi kalau diiming-imingi boleh memberi makan hewan.

Ternyata untuk memberi makan hewan, pengunjung harus berfoto di depan area Mini Zoo, lalu memasukkannya ke instagram. Berhubung kami tidak punya instagram (hari gini masih gak punya instagram, tidak apa-apa deh ya:P), kami meng-upload foto anak-anak ke Facebook. Setelah menunjukkan foto yang sudah di-upload, petugas meminta kami mengisi data anak dan memberi kami nomor yang dapat diberikan ke petugas yang berjaga di dekat hewan-hewan tersebut. Duo Lynns dengan semangat memberikan nomor tersebut. Petugas tersebut pun memberikan makanan kelinci kepada kami. 
Foto dengan pose tidak jelas di depan area Mini Zoo :D
Mini zoo terbagi menjadi dua bagian. Di sebelah kanan terdapat kelinci-kelinci yang dapat diberi makan. Dan di sebelah kiri terdapat hewan-hewan peliharaan lain yang dimasukkan ke dalam kandang. Duo Lynns memilih untuk masuk ke kandang kelinci dulu untuk diberi makan. Saya menemani dan papanya di luar kandang. Hm...rasanya ada yang salah. Saya tipe orang yang suka melihat binatang tetapi tidak mau disentuh binatang. Jadi untuk memberi makan binatang rasanya takut dijilat. Akhirnya papa yang masuk untuk menemani memberi makan kelinci, sementara saya di luar kandang untuk memfoto.
Atas: Kelinci-kelinci yang semangat menyambut setiap orang yang masuk. Bawah: tempat minum untuk kelinci. Lucu ya 
Bersyukurnya saya, si papa adalah tipe orang yang tidak takut hewan peliharaan. Dia dengan terampil memberi makan hewan. Sementara anak-anak sibuk menonton papanya. Setelah itu, mereka semangat memberi makan. Bahkan ada beberapa kelinci yang mendekati kakak. Kelinci sebetulnya makan sayur-sayuran seperti kangkung dan wortel. Tetapi kali ini makanan kelinci adalah pelet, mungkin supaya mall tidak kotor. Setelah puas melihat kelinci, anak-anak beranjak ke area sebelahnya, yaitu area hewan peliharaan yang di dalam kandang.
Kelincinya lapar dan semangat mendekati Duo Lynns dan papa.
Duo Lynns ingin melihat kucing terlebih dahulu. Ada dua ekor kucing yang besar. Tampangnya ngantuk dan teler sekali. Berhubung saya memang tidak begitu suka dengan kucing, karena nature-nya kucing kan liar, jadi saya mewanti-wanti anak-anak agar melihat saja, jangan memegang kucing-kucing tersebut. Saya takut anak-anak dicakar sama kucing. Kucing-kucing ini juga makan cat's food. Tempat makannya terbagi dua, satu untuk makanan dan satu  untuk air. 
Si kucing yang sudah teler
Setelah puas melihat kucing-kucing ini, anak-anak berpindah melihat ayam kate. Ayam kate, yang dikenal juga sebagai bantam, merupakan ayam yang mini dan kecil. Kalau ayam lain biasanya dipelihara untuk diternakkan, ayam kate lebih sering dijadikan ayam hias karena ukurannya yang kecil. Jadi tidak membutuhkan lahan yang luas. Bahkan telurnya pun mini. Disebut juga bantam karena orang-orang Eropa menemukan ayam ini di pelabuhan pulau Jawa yang bernama Bantam. Bisa ditebak dong Bantam ini terdengar seperti kata apa? Yup, Banten. Jadi memang awalnya banyak di daerah Banten. Makanan si ayam kate adalah jagung, bekatul, biji-bijian, beras merah ataupun gabah.

Setelah itu kami beranjak ke akuarium yang berisi kura-kura atau turtoise. Melihat kaki depannya, dan tipe cangkangnya, maka dapat dipastikan ini adalah kura-kura. Ingat kan perbedaan kura-kura dan penyu? Kalau penyu atau turtle, kakinya lebih pipih karena tinggal di air. Kalau kura-kura, karena sering main di darat, maka kakinya berkuku. 
Atas: Kura-kura. Bawah: Ayam Kate
Kami pun berpindah melihat kerangkeng yang berisi iguana. Kata kakak, mukanya nakutin. Dia tidak mau memeliharanya. Maklum, anak cewek kan sukanya peliharaan yang lucu-lucu. Iguana masih merupakan keluarga kadal (ordo squamata), yang berarti termasuk ke dalam reptilia juga. Iguana hidup di daerah tropis di Amerika Tengah, Amerika Selatan, Meksiko, dan Karibia. Menurut keterangan yang diberikan, genus iguana dideskripsikan pertama kali oleh seorang naturalis berkebangsaan Austria Josephus Nicolaus Laurenti pada tahun 1768. Panjangnya pun dapat mencapai 1,5 - 1,8 m (dari kepala sampai ke ekor ya). Iguana memiliki penglihatan yang baik dan bisa melihat bentuk, bayangan, warna dan gerakan pada jarak yang jauh. Mereka juga menggunakan matanya untuk berkomunikasi dengan anggota species yang sama. Iguana menggunakan matanya untuk menemukan makanan. Karena iguana ominivora, berarti iguana bisa makan daging ataupun tumbuh-tumbuhan. Tetapi jika memang ingin menjadikan iguana sebagai hewan peliharaan, lebih baik beri makan buah atau sayur.

Hanya sebentar anak-anak melihat iguana. Mereka lebih tertarik untuk melihat hamster. Hewan pengerat satu ini memang gampang menarik perhatian anak-anak. Apa lagi kalau masih bayi, bentuknya yang mungil begitu menggemaskan. Hamster sangat senang bermain-main, makanya kalau mampir ke pet shop, banyak sekali pernak-pernik untuk hamster seperti spinning wheel, pipa-pipa, dan sebagainya. Jika diamati, ekor hamster tidaklah panjang. Jadi tidak begitu geli melihatnya. Hamster termasuk hewan omnivora, yang artinya memakan segalanya. Sayangnya saat kami datang, hamster-hamster ini sedang tidur. Hanya ada satu yang sedang bermain sendiri. 
Atas: Iguana. Bawah: Hamster yang sedang tidur
Di dua sangkar berikutnya terdapat dua jenis burung. Yang pertama adalah burung parkit atau yang dikenal sebagai parakeet. Burung parkit masih merupakan sepupu dari burung kakak tua. Suaranya keras dan tajam. Habitat aslinya berasal dari Australia. Burung parkit adalah burung yang senang hidup berkelompok. Jadi jika ingin memelihara burung parkit sebaiknya jangan satu saja. Dan lebih baik lagi kalau tempatnya agak besar supaya tidak berantem. Dan burung parkit adalah burung yang sehat loh. Sukanya makan biji-bijian, sayur dan buah. 

Di samping si parkit, ada burung cinta atau love bird. Love bird masih termasuk keluarga besar parrot atau burung kakak tua, dengan genus agapornis (agape = love, ornis = bird). Burung ini termasuk sangat kecil. Panjangnya hanya 13 - 16 cm dan beratnya sekitar 40 - 60 gram. Love bird merupakan satu burung dari sembilan jenis species genus agapornis. Delapan dari species ini berasal dari Afrika, sementara species burung cinta kepala abu-abu berasal dari Madagaskar. Nama mereka berasal dari kelakuan umum mereka. Sepasang love bird yang sedang jatuh cinta akan duduk berdekatan dan saling menyayangi satu sama lain. Sifat pasangan burung cinta adalah monogami di alam bebas (burung aja tahu monogami). Makanan mereka pun kurang lebih sama seperti burung parkit dan kakak tua. Biasanya love bird dapat hidup rata-rata sampai usia 10 - 15 tahun.
Atas: Love Bird. Bawah: Parkit
Di  kandang berikutnya, kami melihat seekor hewan yang meringkuk. Saya mencoba membaca petunjuknya. Ternyata hewan yang meringkuk ini adalah sugar glider. Sugar glider adalah sejenis tupai pohon dengan ukuran badan kira-kira 24 sampai 30 cm dengan berat kurang lebih 140 gram untuk yang jantan dan 115 gram untuk yang betina. Nama latin dari sugar glider adalah petaurus breviceps. Hewan ini disebut sugar glider karena kesukaannya akan makanan manis seperti nektar, bee polen, dan buah-buahan dan kemampuannya untuk melayang (glide) di udara seperti tupai terbang. Sugar glider termasuk marsupialia, atau hewan berkantung, yang biasanya banyak di belantara Papua, Tasmania Australia, dan Papua New Guinea. Sugar glider merupakan hewan omnivora. Dan mungkin karena sukanya yang manis-manis, maka sugar glider termasuk hewan yang sangat hiper karena gula aktif. Sugar glider mempunyai jari-jari kaki yang besar pada kaki belakang yang berfungsi untuk membantu berpegangan lebih kuat pada cabang pohon.
Atas: Sugar glider yang sedang meringkuk. Bawah: Sugar glider kalau sedang merentangkan tangan dan kaki (factzoo.com)
Di salah satu kandang, terdapat tikus putih atau mus musculus. Semua rasanya tahu kalau tikus putih sering digunakan dalam banyak percobaan. Tetapi saya baru tahu bahwa tikus adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Tikus termasuk dalam keluarga rodentia atau hewan pengerat dan masih keluarga dengan hamster, gerbil, tupai. Tidak seperti hamster yang ekornya pendek, tikus putih yang lucu ini mempunyai ekor yang panjang. Selain itu, jangan tertipu dengan warna putihnya ya. Tikus putih lebih berbahaya dari tikus lainnya. Intinya, tikus ini tidak selucu Mickey Mouse. Dan karena kandungan gizi tikus lebih besar daripada katak, maka tikus menjadi makanan favorit reptilia. Tikus putih termasuk hewan herbivora, tetapi dalam kenyataannya tikus dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan memakan apa saja yang bisa dimakan. Seperti tikus di luar negeri, makannya keju. Tetapi di Indonesia, tikus bisa makan sabun. Hehehe.

Disamping tikus putih, terdapat akuarium tertutup yang berisi predator tikus putih yaitu ular. Ular yang dipamerkan adalah ular pyton albino. Pyton albino, atau disebut juga pyton albino burma, merupakan salah satu dari lima ular terbesar di dunia. Ular ini berasal dari beragam variasi dari daerah tropis dan subtropis di selatan dan Asia tenggara. Selain sering ditemukan di dekat air dan kadang-kadang semi akuatik, mereka juga dapat ditemukan di pohon. Hewan ini tidak berbisa, sehingga sering menjadi hewan peliharaan. Tetapi jika terjadi salah yang fatal, terutama berurusan dengan makanan, maka ular ini akan menjadi buas. Cara dia membunuh mangsanya adalah dengan membelit si mangsa sampai tulangnya remuk dan mati. Yah, memang naturnya ular akan hidup secara liar. Katanya ular ini bisa mencapai panjang 9 meter. 
Atas: Tikus putih. Bawah: Ular Piton Albino
Saya segera menjauh dari ular deh, merinding lama-lama. Ular pyton albino merupakan hewan terakhir yang kami lihat di sayap kiri. Selanjutnya kami kembali ke sayap kanan melihat kumpulan marmut yang lucu-lucu. Saat saya membaca deskripsi di atas kumpulan guinea pig atau yang biasa dikenal marmut dan hedgehog yang biasa dikenal landak susu, disitu dituliskan marmot (marmota) merupakan hewat pengerat umumnya hidup di daerah pegunungan seperti Alpen atau Pirenia di Eropa, pegunungan Rocky atau Sierra Nevada di US dan Kanada bag utara. Marmot umumnya membuat sarang di bawah tanah dan berhibernasi selama musim dingin. Marmot termasuk hewan sosial dan berkomunikasi dengan siulan nyaring, terutama jika dalam bahaya. 

Hm...saya baru tahu tuh. Alhasil saya penasaran juga. Saat di rumah, saat saya iseng, saya coba searching mengenai marmot. Ternyata marmot dan guinea pig itu berbeda, saudara-saudara. Marmot yang dideskripsikan di tulisan di atas adalah hewan pengerat sejenis tupai. Sedangkan guinea pig atau marmut (satu pakai o, satu lagi pakai u) adalah hewan pengerat yang sekeluarga dengan hamster. Eng ing eng....Salah dong antara hewan yang dipajang dengan tulisan di atasnya.
Atas: Marmut Indonesia yang nama bulenya guinea pig.
Bawah: Marmot yang hidup di pegunungan.
Guinea pig atau marmut mempunyai nama latin cavia porcellus. Guinea pig bukan keluarga babi dan bukan juga dari Guinea. Ada yang bilang disebut babi karena guinea pig menghabiskan waktu yang banyak untuk makan. Seingat saya, makanan guinea pig sama seperti kelinci, sayur-sayuran. 
Atas: Bayi Hedgehog. Bawah: Marmut dan Hedgehog yang lebih besar.
Disamping guinea pig juga terdapat hedgehog atau landak susu. Selama ini saya pikir hedgehog itu bayi landak. Ternyata mereka berbeda. Salah satu tokoh kartun yang terkenal dari hedgehog adalah Sonic. Tetapi berlawanan dengan Sonic yang luar biasa cepat, aslinya hedgehog termasuk hewan yang lambat. Dan jika hedgheog merasa dalam bahaya, hedgehog dapat menggulungkan badannya seperti bola. Biasanya predatornya akan takut. Hedgehog adalah hewan omnivora. Dan hedgehog juga dapat berhibernasi saat musim dingin. Hedgehog dapat dipegang dan jika memegangnya tepat,maka duri-durinya tidak akan menusuk tangan kita.
Atas: Landak, Bawah: Hedgehog yang lebih mungil dari landak.
Saat kami selesai melihat hewan-hewan ini, tiba-tiba anak-anak kecil mulai berdatangan dan keadaan mulai ramai. Tepat waktulah kami, tidak usah bersesak-sesakan untuk melihat hewan. Setelah itu kami mencuci tangan dan selesailah acara melihat Mini Zoo. Setelah saya hitung, total ada 13 hewan brbeda yang ada di situ. Oya, Mini Zoo ini akan terus ada di Mall Artha Gading sampai dengan tanggal 10 Juli 2016. Jadi bagi yang masih mau ke sana mengisi liburan dengan anak-anak, segeralah ke sana.

Di samping Mini Zoo juga ada counter untuk membeli tiket sirkus. Sirkus ini bertemakan Hanoman yang menjelajah atau berpetualang. Jadi kepikiran mau ajak anak-anak nonton sirkus. Pasti seru kan. Papa pun bertanya kepada petugas. Sayang petugasnya menjawab dengan seadanya dan gayanya seperti mati segan hidup tak mau. Tiket bervariasi antara Rp 75.000 sampai Rp 400.000. Karena pertunjukkan sirkus akan digelar sampai 17 Juli 2016, maka kami berpikir nanti-nanti lagi deh nanyanya. 
Russian Circus Hanoman The Dreamer.

Disclaimer: Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi penulis, tidak ada unsur promosi dan penulis bukan petugas pet shop ataupun karyawan mall yang bersangkutan.  


Selasa, 21 Juni 2016

Activity: Membuat Pattern dari Kertas Kado


Pattern
Punya banyak kertas kado sisa? Lalu bingung mau dibuang tapi kok ya sayang. Jangan takut, saya juga begitu kok. Kertas kado sisa biasanya saya jadikan hiasan dari kado yang akan dikasi. Tetapi dua minggu lalu kami akhirnya menggunakannya untuk membuat craft yang menarik sekaligus mengajarkan pattern kepada adik. 

Caranya mudah sekali loh. Bahan yang diperlukan adalah:
1. Beberapa kertas kado bermotif (saya pakai tiga, karena cuma ada tiga di rumah) yang dipotong berbentuk persegi. Kurang lebih ukurannya 2 cm x 2 cm. Kalau saya males repot-repot mengukur, jadinya mengikuti lebar penggaris saja. Letakkan di wadah terpisah.
2. Kertas putih sebagai alasnya, bisa juga kertas berwarna. 
3. Lem kertas.

Bahan yang diperlukan
Caranya adalah sebagai berikut.
1. Letakkan salah satu kertas kado yang sudah dipotong di tengah-tengah. Katakanlah motif 1. 
2. Lalu disekitarnya, letakkan kertas kado motif 2 membentuk tanda tambah (seperti pada gambar).
3. Letakkan kertas kado motif 3 di sekeliling motif 2.
4. Letakkan kembali kertas kado motif 1. Ulangi sampai tidak ada tempat lagi di kertasnya atau motif tertentu sudah habis.

Atas: kertas kado motif 1 dan kertas kado motif 2. Bawah: kertas kado motif 3 dan selanjutnya.
Tujuannya apa sih buat ini? Pertama memang untuk hiasan, bisa juga dipakai untuk hiasan saat anak-anak membuat kartu ulang tahun. Kedua, anak belajar untuk mengenal pola dengan cara menyenangkan. Malah kalau kertasnya besar, bisa buat empat atau lima motif. Bahkan kakak kemarin bilang nanti mau buat lagi tetapi membentuk diamond. Boleh juga idenya :)


Rabu, 15 Juni 2016

Tips Menangani Tantrum Pada Balita

Temper Tantrum, Sumber foto: huffingtonpost.com
Bagi setiap kita yang berhadapan dengan anak-anak kecil, rasanya kata tantrum sudah tidak asing lagi. Tantrum dapat didefiniskan sebagai luapan emosi atau amarah. Mendengar kata tantrum, rasanya konotasinya negatif. Tantrum setiap anak pun berbeda-beda. Ada yang levelnya masih ringan, menangis misalnya. Ada juga yang levelnya lumayan tinggi, seperti melempar barang ataupun memukul orang. 

Banyak orang tua, yang tidak mau mempunyai konflik dengan anak, membebaskan anak melakukan apapun yang mereka suka, supaya tidak tantrum. Apalagi kalau diluar rumah. Hal ini mungkin jadi win-win solution. Si anak tidak meledak, orang tua tidak repot dan dapat melakukan yang dia inginkan dan terkesan menjadi orang tua yang baik. Tetapi jika berlanjut, si anak bisa menjadi anak yang semaunya. 

Bagi sebagian orang tua, yang tetap memberikan batasan walau diluar rumah, terkadang mereka harus berurusan dengan yang namanya tantrum ini. Dan saat dilihat oleh orang lain di sekitarnya, sering kali orang lain akan berpikir wah orang tua ini terlalu banyak aturan, makanya anaknya sering rewel. Padahal orang luar ini belum tentu mengerti apa yang sedang terjadi antara orang tua dengan anaknya. Tetapi ada juga anak yang jarang diberi batasan tetapi mudah sekali untuk meledakkan emosinya.


Dengan kata lain, tidak ada standard mengapa si anak bisa tantrum. Saya pun masih belajar menghadapi tantrum, baik saat mengurus anak sendiri maupun saat sedang melayani di pelayanan anak. Maklum, bukan anak sendiri, jadi masih hati-hati supaya tidak menyinggung yang empunya anak.

Beberapa waktu lalu, saya membaca artikel yang cukup bagus, dalam bahasa Inggris, 12 Strategies for Toddler Temper Tantrums. Saya mencoba untuk menerjemahkannya, supaya dapat dibaca oleh banyak orang. Dan penulisnya memang tidak keberatan jika artikel ini diperbanyak, karena tujuannya untuk memberkati banyak orang. Berikut terjemahan bebas (banget) yang saya buat.
              ------------------------------------------------------------------------------------
Tantrum adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari jika kita menghabiskan waktu dengan batita dan balita. Walaupun tantrum biasanya memuncak saat anak berumur 2 atau 3 tahun, balita juga memanipulasi tantrum untuk mendapatkan kendali atau kekuasaan dan mendeklarasikan kemandirian mereka. Saat anak-anak yang lebih besar tidak memelajari cara untuk mengendalikan amarah, tantrum juga dapat terjadi.

Temper tantrum (ledakan amarah) biasanya muncul sebagai output dari seorang anak yang merasa frustasi atas perubahan pada fisik, emosi, kognitif, ataupun sosial. Anak yang berumur 15 bulan dapat mempunyai tantrum karena dia lapar atau haus dan belum mampu untuk mengkomunikasikan apa yang dia butuhkan. Anak yang berumur 2 tahun dapat juga mempunyai respon seperti itu karena rutinitas yang biasa dilakukan telah dikompromikan. Anak yang berumur tiga atau empat tahun dapat mengalami tantrum karena keinginan mereka untuk mandiri bertentangan dengan kemampuan mereka untuk menyelesaikan suatu tugas. Anak ini sangat ingin berhasil tetapi kurangnya kemampuan dan atau kendali orang tua menjadi kendalanya. 

Dalam menghadapi tantrum pada balita, saya selalu merasa empati kepada anak dan orang tua. Emosi yang tidak dapat dikendalikan dapat begitu menakutkan dan berlebihan pada anak-anak. Sedangkan untuk orang dewasa, anak yang tantrum di tengah-tengah ibadah ataupun saat berbelanja dapat menimbulkan rasa malu. Beberapa orang tua akan cepat memberi respon pada anak-anaknya, sebagai cerminan dari kemampuan parenting-nya. Terkadang anggota keluarga dan orang-orang yang melihat keadaan ini membuat keadaan bertambah buruk dengan nimbrung dan men-judge berdasarkan rasa simpati. Rasanya tidak ada yang menang dalam kasus ini.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan sebagai orang tua saat kita mempunyai anak yang secara konsisten tantrum. Apa yang dapat kita lakukan sebagai pelayan anak saat menghadapi tantrum? Bagaimana kita dapat mencegahnya?

Dalam artikel ini, saya menyertakan beberapa strategi praktis untuk merespon tantrum. Bagaimanapun juga, dalam usaha untuk menyediakan informasi yang menyeluruh, ketahuilah bahwa di rumah kami pun masih berjuang menghadapi tantrum, tetapi kami memiliki kemajuan yang cukup baik dengan melakukan strategi-strategi berikut.

Strategi Praktis untuk Mencegah Ledakan Amarah (Temper Tantrum)
1. Pastikan bahwa setiap kebutuhan fisik si anak terpenuhi. Yang terkadang menjadi pemicu adalah rasa lapar atau haus, kurang tidur, dan atau rasa tidak nyaman dengan baju, sepatu, dan sebagainya.
2. Cegah tantrum dengan konsistensi, keteraturan, dan struktur. Anak-anak bertumbuh dalam rutinitas.
3. Sediakan dorongan yang konstan dan atensi yang postif. Terkadang tantrum disebabkan oleh rasa frustasi anak karena anak merasa kurangnya waktu kebersamaan.
4. Selalu persiapkan anak-anak untuk transisi secara verbal atau dengan tanda non-verbal. Buatlah transisi menjadi menyenangkan dengan lagu, permainan, dan permainan drama.
5. Berikan anak-anak pilihan, tapi jangan terlalu banyak sampai membingungkan, sekitar dua atau tiga supaya mereka mengalami perasaan mandiri dan mempunyai kendali juga.
6. Ajarkan mekanisme coping atau cara yang sehat untuk mengendalikan kemarahan seperti: merobek kertas, meremas koran, membuat karya seni, gerakan fisik, berdoa, mengungkapkan emosi secara verbal (berkata: saya marah), dan sebagainya.

Strategi Praktis untuk Merespon Tantrum
1. Tetaplah tenang dan temukan spot yang sepi untuk anak memroses emosinya.
2. Posisikan diri kita pada level anak-anak, dengan berjongkok atau duduk, agar anak tidak mengira kita adalah ancaman baginya. Berbicaralah dengan tenang.
3. Doronglah anak untuk menggunakan kata-kata atau bahasa isyarat untuk mengkomunikasikan frustasinya secara spesifik.
4. Akuilah perasaan atau emosi si anak. Kita dapat mengatakan: "Sepertinya kamu marah karena____ mengambil mainan. Kamu pasti senang bermain dengan mainan itu." 
5. Perjelas dan bedakanlah antara marah dan respon yang tidak seharusnya. Kita dapat mengatakan: "Ya, tidak apa kamu kesal. Tapi tidak baik untuk memukul teman dan berteriak."
6. Tetapkan konsekuensi atas tindakan mereka, tetapi sesuai dengan umurnya. Pastikan anak mengerti bahwa konsekuensi dari tindakan mereka tersebut didasari anugerah dan rasa sayang kita. Berdoalah dengan anak tersebut.
Diatas segalanya, responlah dengan kasih yang tidak bersyarat yang telah dicontohkan Yesus dengan begitu indahnya. Kita tidak mempunyai contoh yang lebih besar selain Dia.
              ------------------------------------------------------------------------------------
Saat saya membaca artikel tersebut, saya merasa diingatkan kembali. Terkadang saat anak berulah dan menjadi tantrum, kita sering kali langsung menyalahkan si anak. Padahal bisa jadi tantrum tersebut terjadi karena faktor yang harusnya datang dari kita, seperti pada poin 1. Terkadang sebagai orang tua kita lalai untuk menyediakan kebutuhan anak-anak, dengan anggapan anak telah cukup mandiri, sehingga saat anak-anak tantrum kita langsung emosi. Jadi sebelum ikutan jadi emosi, mari kita check terlebih dahulu kebutuhan apa yang kurang.


Selain itu, berdasarkan pengalaman, anak-anak mudah sekali tantrum kalau sedang tidak enak badan. Biasanya kalau anak-anak sakit dan berulah, saya sering berkata mama tahu kamu merasa tidak nyaman, tapi itu bukan alasan untuk kamu jadi rewel. 

Satu hal lagi, silly but it works, saat anak-anak mulai rewel tidak jelas dan berulah, ajaklah anak-anak ke toilet. Saat Duo Lynns mulai rewel, biasanya diakhiri dengan meminta ke kamar mandi. Setelah ke toilet, suasana menjadi lebih kondusif. Saat saya melayani di kelas anak batita, kalau ada anak yang mulai rewel tidak karuan, lalu anak itu minta ke toilet, terkadang setelah dari toilet anak ini menjadi lebih tenang. Mungkin anak-anak menjadi rewel karena menahan pipis =))

Dan seperti dituliskan di atas, responlah dengan kasih dan bukan dengan emosi, sehingga yang ditangkap itu bukanlah emosi kita. Ingatlah bahwa dasar dari setiap hal yang kita lakukan adalah karena kita mengasihi anak-anak ini dan mengasihi Tuhan. It's easy to say but it's hard to do, but with His help we'll be able to do that. 

Kamis, 09 Juni 2016

Day off !!!

Salah satu kebahagiaan melakukan homeschooling adalah kita dapat merancang sendiri kalender akademik kita. Di saat anak-anak lain sekolah, kita bisa mengambil hari libur untuk jalan-jalan. Di saat anak-anak lain liburan, kita bisa membuatnya sebagai hari belajar ataupun juga hari libur. Di sekolah kami, I-School, jadwal liburan kami menyesuaikan jadwal si papa. Jadi mostly saat anak-anak sedang ujian, kami mengatur jadwal jalan-jalan. Dan terkadang saat anak-anak lain libur semester, kami masih school day. Sedih? Tidak. Karena kegiatan sekolah bisa diatur sedemikian rupa sehingga menyenangkan. Toh sekolah tidak harus di belakang meja terus kan? Kami berusaha menyiasatinya sehingga waktu liburan dan waktu sekolah sama-sama menyenangkan (walau sekarang anak-anak sudah mengerti namanya liburan dan minta libur :D)

Salah satu hari yang kami ambil sebagai hari libur adalah hari ulang tahun. Birthday = Day off? Iya... Minggu lalu adik berulang tahun. Dalam rangka merayakan hari ulang tahun adik, kelas diliburkan satu hari. Tetapi kakak tetap mengerjakan worksheet di pagi hari, wong yang ulang tahun kan adik. Semua senang deh. Kakak senang, adik senang, dan mama.... sibuk di dapur :D

Sehari sebelumnya, kakak berkata: "Mom, tomorrow will be my sissy's birthday. I have to buy some present." Lalu saya iseng nyeletuk: "Emangnya ada uangnya?" Kakak langsung nyengir. Saya jelaskan kepada kakak bahwa kalau memang belum punya uang, hadiah tidak harus selalu memberi barang. Bisa juga membuat sesuatu. Dia terdiam dan berpikir dengan cepat. "I know, I can give my laptop to her. She loves to play with it,"  jawabnya. Laptop itu adalah mainan laptop kesukaannya. Tidak wah, tetapi kakak senang memainkannya. Saya ingatkan dia bahwa kalau sudah diberikan kepada adik, maka jadi punya adik. Dia berkata tidak apa. Saya memeluk dia. So nice, kakak. 

Tepat di hari ulang tahun adik, kakak bangun pagi-pagi dan memastikan hadiah untuk adik sudah dimasukkan ke dalam kantong Kitty. Dia membuat worksheet-nya dengan segera, setelah menawar untuk membuat nanti sore tetapi mamanya keukeuh buat pagi supaya tenang hati mamanya. Dan saat adik bangun, kakak segera memeluk adiknya dan berkata happy birthday. Mereka memulai hari libur mereka dengan sibuk main lego dan membaca buku, seperti hari-hari pada umumnya sih.
Lalu apa yang membedakan day off ini dengan hari libur lainnya? Day off kali ini diisi dengan aktivitas membuat kue ulang tahun. Request adik adalah mamanya yang buat kue. Dibuatlah perjanjian bahwa acara menghias kue dilakukan setelah urusan dapur selesai. Mereka setuju. 

Sementara saya sibuk di dapur, menyiapkan mie ulang tahun dan lauk lainnya, kakak dan adik sibuk joget nari dan nyanyi. Tibalah waktunya untuk menghias. Duo Lynns segera mencuci tangan mereka, memastikan tangan mereka bersih untuk menghias kue. Kali ini kuenya adalah steam cheesecake alias cheesecake kukus. Cake-nya sendiri sih sudah dibuat kemarin malam, untuk menghemat waktu.

Cake yang ada dihias dengan keju dan meisis. Mereka semangat menaburkan keju. Adik lebih seru lagi, tangan yang kiri menaburkan keju, tangan yang kanan makanin kejunya. Saya sampai harus mengingatkan dia jangan sampai kejunya habis tapi kuenya botak sana sini. Kakak cepat-cepat berkata kalau ada sisa, dia mau kejunya juga. 

Setelah setiap bagian tertutup dengan keju parut, maka waktunya menaburkan chocolate sprinkle alias meises. Awalnya saya meminta mereka membuat angka di atas cake, biar tidak usah pakai lilin. Mamanya lupa beli lilin soalnya. Tapi mereka maunya pakai lilin, biar bisa ditiup. Akhirnya meises tersebar semau mereka. Dan untungnya opa datang membawa lilin. Saved by opa :)
Birthday cake adik, yang dihias oleh Duo Lynns
Tepat pada jam makan siang, kami memotong kue ulang tahun, dan adik membuka kado ulang tahunnya. Kado dari kami, mama dan papa, sudah diketahuinya. Tetapi saat dia melihat laptop kakaknya, dia langsung semangat main. Saya mendekati adik dan berbisik bahwa kakaknya sudah baik hati memberi laptopnya untuk adik. Jadi jangan lupa share saat main. Adik menjawab ok, nanti bisa share dan take turn sama kakak.

Setelah itu, terjadilah percakapan berikut.
kakak: "Mama, nanti pas mama ulang tahun kita day off lagi kan? Nanti mama buat cake lagi dan kita hias lagi ya." 
Adik: "Iya, adik mau jelly cake kayak waktu papa birthday." 
Kakak: "Jangan, mama buat brownies keju aja biar bisa dihias."
Adik: "oya, brownies keju aja ya mama."
Mama: "Hmm....let's see ok."

Hmm...mulai menikmati ngerjain mamanya day off rupanya... =))

Senin, 06 Juni 2016

Popsicle Time


Apa sih popsicle? Popsicle itu seperti es loli. Saya pertama kali mendengar kata popsicle itu waktu hamil kakak dan baca buku What To Expect. Di situ tertulis popsicle adalah salah satu makanan yang disarankan untuk dimakan saat menunggu waktu melahirkan, karena manis dan menambah tenaga.

Suatu saat, saat komunitas homeschool kami kumpul pas natal, teman kami membuat popsicle untuk anak-anak. Duo Lynns, yang sudah belajar teori cara membuat popsicle dari Oso the Bear, tertarik dan senang makan popsicle-nya. Di rumah mereka minta untuk buat. Tetapi saya belum beli tempatnya.

Akhirnya pas liburan lebaran, bayangkanlah berapa lamanya itu, kami jalan-jalan ke IKEA Alam Sutra. Akhirnya kami membeli tempat untuk popsicle. Tapi setiap mau buat, mamanya males. Bukan apa-apa, saya males ngeluarin blender dan perabotan lainnya dan setelah itu mencucinya lagi. Akhirnya setelah beberapa lama, dan setelah si kakak mewawancarai teman saya mengenai cara membuat popsicle yang ada blueberry-nya, terwujudlah popsicle ini. Bahkan sempat dua kali membuat dalam jangka waktu 2 minggu.

Yang pertama adalah Popsicle yoghurt with papaya. Apa saja sih isinya?
1. Yoghurt, yang ada di rumah saat itu adalah yoghurt apricot.
2. Pepaya, potong agak kecil
3. Madu sedikit, sebagai tambahan supaya tidak terlalu asem. (Kakak asem mania, sedang adik tidak begitu doyan asem)

Cara membuatnya mudah kok.
- Blender semua jadi satu, kayak buat smoothies. (biasanya dulu membuat smoothies atau milk shake adalah aktivitas anak-anak saat masih lebih kecil).
- Setelah itu tuangkan ke dalam wadahnya.
- Isilah dibawah batas yang diberikan, supaya saat membeku, popsicle-nya tidak luber.

Setelah dituang, ternyata ada sisa (dan ini yang ditunggu-tunggu kakak). Jadi sisanya dimakan seperti smoothie. Hasil yang sudah dituang ke wadah adalah popsicle yang di sebelah kanan. Oya, untuk membuka popsicle dari wadahnya agak susah. Jadi kami menyiram bagian luarnya dengan sedikit air, supaya bagian dalamnya jadi tidak lengket dan bisa dibuka.

Dua minggu kemudian, kami membuat kembali popsicle versi mama males:D Kali ini yang kami buat adalah purplish popsicle. Bahannya adalah:
1. Buah naga merah sebanyak satu buah, potong agak kecil
2. Pisang yang sudah matang sebanyak dua buah, potong-potong
3. Jeruk manis sebanyak satu buah, peras dan ambil sarinya

Langkah-langkahnya:
1. Campurkan buah naga dan pisang yang sudah dipotong-potong ke dalam baskom atau wadah cekung, lalu hancurkan lumat buah-buah tersebut dengan penghancur kentang sampai halus.(kan saya sudah bilang versi males, supaya tidak repot cuci blender :D)
2. Masukkan sari jeruk, lalu aduk rata.
3. Tuang ke wadah sampai dibawah batas yang diberikan.
Sama seperti kemarin, sisanya dimakan begitu saja. Kakak sih senang-senang saja, adik malah minta pisang yang utuh dan buah naga yang utuh :P Hasil yang sudah beku adalah popsicle yang di sebelah kiri.
Atas: Tempat popsicle IKEA, Bawah: Potato Masher
Mudah sekali bukan? Pasti semua orang bisa dong buatnya? Ya iyalah. Tetapi dari urusan sesederhana ini, yang rasanya kok rada malu-maluin kalau diceritakan kepada banyak orang, bukan prestasi yang besar gituloh, banyak yang dapat dipelajari anak-anak. Yang pertama, mereka belajar mengoperasikan blender secara benar dan aman. Semua orang pasti bisa, tetapi mengoperasikan secara benar dan aman itu kan penting (buat saya).

Yang kedua, saat mereka menghaluskan buah-buahan, mereka belajar koordinasi antara tenaga dan tangan. Anak kecil biasanya akan semangat untuk urusan menghancurkan sesuatu, tetapi mereka harus mengendalikan tenaga mereka sehingga buah-buahan ini tidak muncrat kemana-mana.

Yang ketiga, saat mereka memeras jeruk, mereka melatih tangan dan jari mereka. Kalau jeruk peras yang kulitnya tipis kan memang mudah untuk diperas. Kalau yang kulit tebal, melatih emosi mereka juga loh karena susah diperas :D

Yang keempat, melatih kesabaran mereka. Namanya membuat sesuatu kan harus sabar. Dan jika si anak menumpahkan sesuatu, ini juga melatih kesabaran orang tuanya :P

Yang kelima, mereka belajar bahwa saat berurusan dengan makanan, tangan mereka harus dalam keadaan bersih. Dan setelah itu, mereka belajar untuk membersihkan kembali peralatan yang mereka gunakan (makanya saya tidak menggunakan blender lagi, kalau blender anak-anak belum diijinkan mencucinya) dan juga area yang mereka gunakan.

Bagaimana dengan rasa dari popsiclenya? Si kecil lebih suka yang purple, karena lebih manis walau tanpa madu. Kalau kakak? Dua-duanya enak :)




Jumat, 03 Juni 2016

Pelayanan Anak Batita

Pelayanan Anak Batita
Berurusan dengan balita atau bahkan batita memang bukan hal yang mudah. Apalagi kalau ngomongnya masih belum jelas. Dan seperti anak-anak pada umumnya, yang namanya mood itu memegang peranan dalam tingkah laku mereka. Belum lagi yang namanya belum bisa fokus, jadi diminta buat a yang dibuat b (bahkan bisa jadi z), hobi ngeyelnya, dan hal-hal lain yang dapat membuat kita pusing kepala.

Mengajar batita dan balita pun juga tidak mudah. Harus panjang sabar pula. Satu anak saja sudah menyita tenaga, apalagi banyak anak. Saya pun mengalaminya. Nah, bagaimana mengajar anak-anak ini, khususnya di sekolah minggu yang hanya bertemu maksimal 2 jam tetapi harus memberikan dampak yang membangun anak-anak ini? Berdasarkan pengalaman dan artikel yang saya baca, ada beberapa tips yang dapat digunakan saat berhubungan dengan anak-anak batita ini.

1.  Ciptakan atau adaptasikan lingkungan
Ruang kelas yang aman dan sesuai dengan umur yang dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi dan belajar adalah suatu permulaan yang baik. Lingkungan batita harus melingkupi area central group (area yang nyaman untuk membaca buku), area motorik kasar (dengan matras dan ruang lingkup yang memadai untuk bermain mainan), area blocks (blocks dan truk yang aman untuk batita), area bermain peran, dan area sensori (alat musik, botol yang berisi beras, pasta, dsb). Pastikan setiap mainan sesuai dengan umur anak-anak yang berada di kelas tersebut dan tidak membahayakan anak-anak (tidak mudah ditelan) dan rotasi mainan secara berkala.

Sebagai tambahan, perhatikan juga furniture yang digunakan, termasuk kotak atau lemari penyimpanan barang anak-anak, meja dan kursi yang sesuai dengan tinggi si anak (meja dan kursi kecil), tempat penyimpanan snacks dan minuman, dan area display dan penyimpanan keperluan untuk craft. Jangan lupa untuk memeriksa perbandingan jumlah anak di dalam kelas dengan pengajar di kelas dan luas ruangan yang sepadan dengan jumlah orang yang akan berada di dalam kelas. Pastikan bahwa kita memiliki data dari setiap anak di kelas kita dan pastikan kita dapat mengontak orang tua anak-anak ini jika dibutuhkan. Lalu, pastikan juga ada perencanaan (check list) untuk menjaga kebersihan ruangan dan juga mainan (mencuci mainan secara berkala).

2.   Sediakan rencana pembelajaran yang sesuai dengan umur mereka
Tidak ada kata terlalu kecil untuk mengenal tentang Tuhan. Oleh sebab itu kita, sebagai pelayan anak yang ada di kelas, mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengenalkan firman Tuhan kepada anak-anak ini. Oleh sebab itu, saat membuat rencana pembelajaran untuk batita, temukan rutin kelas yang sesuai dengan kelas dan jangan diubah-ubah. Mengapa? Karena batita suka dalam hal yang berbau rutinitas. Walau kita sebagai kakak sudah bosan, tetapi anak-anak semakin menyenanginya karena mereka merasa mereka tahu step selanjutnya.  Sisipkanlah waktu untuk anak-anak bermain di dalam jadwal yang ada. Dampingi mereka saat bermain, amatilah anak-anak dan terlibatlah dalam bermain.
Saat bernyanyi, buatlah gaya untuk setiap lagu yang ada. Anak-anak suka sekali dengan yang namanya gerakan. Dan gerakan ini juga mempermudah mereka menghapal lagu yang ada. 

3. Berinteraksilah dengan batita pada level mereka.
Komunikasi dengan batita memang gampang-gampang susah (atau susah-susah gampang). Bahkan sebagian batita belum dapat berbicara dengan jelas untuk mengutarakan maunya mereka. Saat berbicara dengan batita, usahakanlah untuk berbicara pada level mata mereka. Berbicaralah dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak. Jangan terlalu puitis ataupun terlalu berat bahasanya. Bantulah mereka untuk membahasakan apa yang mereka lakukan, seakan kita sedang memberikan komentar terhadap aktivitas mereka atau memberikan narasi terhadap aktivitas mereka. Misal, si anak sedang bermain blocks. Kita bisa berkata, ini lagi buat rumah ya, oh ini pintunya, oh jendelanya yang mana. Ini membantu anak-anak untuk berlatih berkata-kata juga.
Karena anak batita terkadang belum jelas ngomongnya, maka mereka terkadang susah untuk mengutarakan isi hati mereka. Saya pernah memegang anak yang usianya hampir 4 tahun tetapi ngomongnya belum jelas. Akibatnya mereka terkadang jadi emosi, atau yang sering disebut tantrum, karena merasa susah untuk mengungkapkan kemauan mereka atau orang disekitarnya susah untuk menangkap keinginan mereka. Berusahalah untuk mengerti keinginan mereka. Jika kita tidak bisa mengerti apa yang dibicarakannya, dan si anak mengeluarkan emosinya, bersiaplah untuk merespon tantrum tersebut.
Anak-anak batita senang dengan rasa mandiri, maka berikanlah mereka kesempatan memilih, tetapi batasilah pilihan yang ada. Dan bagi batita yang sudah cukup besar, berikan sedikit rasa tanggung jawab dengan memberikan mereka kesempatan untuk menjadi asisten. Hal yang sederhana seperti diatas terkadang dapat membantu batita menjadi merasa aman, dan nyaman, berada di kelas.
Saat berbicara dengan kelompok batita, kita harus all-out. Jadilah ekspresif dalam menyampaikan sesuatu. Mereka senang loh kalau kita 'seru'  (walau kita merasa malu). Ajaklah mereka untuk berpartisipasi dalam hal-hal yang kita lakukan. Dan saat mengajar, gunakanlah berbagai macam metode yang dapat menarik dan memfasilitasi cara belajar mereka yang unik. Tidak perlu banyak alat, bisa juga dengan suara kita yang bervariasi, memakai kostum yang sesuai, berani terlihat konyol, tertawa bersama mereka, dan yang terutama ajarlah mereka dengan kasih. Nikmatilah saat bersama mereka, walau sangat menguras tenaga.

4.  Kenalilah orang tua mereka
Seperti peribahasa mengatakan tak kenal maka tak sayang, maka demikian juga saat kita berurusan dengan dunia anak. Sebagai orang tua, saya mengerti rasanya tenang jika ada orang yang saya kenal di kelas anak-anak. Bahkan sebagai kakak yang bertugas di kelas kecil, saya juga mengerti ketenangan orang tua saat menitipkan anak di kelas kami. Orang tua pasti langsung mengukur tingkat ketenangan mereka saat menaruh anak di kelas anak-anak. Jika mereka tidak yakin, mereka tidak akan menitipkan anak mereka di kelas. Oleh sebab itu, bangunlah hubungan dengan mereka. Tanyakan pertanyaan dan dengarkanlah orang tua ini. Saat mereka menjemput anak mereka, komunikasikan hal-hal yang dialami si anak selama berada di kelas. Dukunglah orang tua disetiap kesempatan. Jadilah kakak kelas yang tersedia dan rendah hati. Ijinkanlah mereka memberikan feedback atas pelayanan anak yang diberikan.
Walau tidak semua orang tua dapat bekerja sama dengan pelayanan anak, tetapi tetap bangun komunikasi dengan setiap orang tua, dan bahkan pengasuh si anak. Berbicara tentang pengasuh anak, terkadang mereka lebih mengerti anak-anak ini dibanding orang tuanya (mengenaskan juga sih). Oleh karena itu, komunikasi dengan pengasuh mereka pun harus terbentuk dengan baik, walau terkadang kita juga harus siap menjadi tempat curhatnya pengasuh-pengasuh ini :D

Tentunya lebih dari empat hal diatas, landasilah pelayanan kita dengan kasih, kebaikan, konsistensi, doa, dan kehadiran kita. Percayalah bahwa setiap yang kita lakukan dalam pelayanan anak tidak akan pernah sia-sia. Mereka tidak pernah terlalu muda untuk mengenal Tuhan. Tuhan memberkati.