Jumat, 29 September 2017

Lapbook dan Homeschooler

Layering book
Bingung membaca judulnya? Jangan kuatir, anda tidak sendirian kok. Hehehehe. Pertama kali saya mendengar nama ini, saya juga bingung. Waktu itu mama-mama di komunitas kami berkumpul dan salah satu senior memperkenalkan istilah Lapbook. Lalu kepada kami direferensikan nama senior lainnya, keluarga Pasaribu, yang sangat sering menggunakan lapbook dalam proses pembelajarannya. Akhirnya kami mengundang keluarga Pasaribu untuk membagikan mengenai Lapbook dan kegunaannya bagi kami sebagai homeschooler. Auntie M, demikian Duo Lynns biasa memanggilnya, menjadi bintang tamu kami awal bulan ini. Nah, apakah Lapbook ini?

Lapbook, yang juga disebut sebagai Lappack, adalah buku yang dibuat oleh murid atau pengajar yang berisi suatu materi tertentu sesuai topik yang sedang dibahas, yang bertujuan agar materi yang disampaikan menjadi lebih menyerap. Biasanya lapbook terdiri dari folder atau map yang ditempelkan dengan kertas-kertas yang dilipat. Didalam kertas-kertas ini ada informasi yang berhubungan dengan suatu materi baik dalam bentuk tulisan, diagram, ilustrasi, gambar, dan sebagainya. Kalau kata Auntie M, Lappack ini merupakan salah satu cara untuk mendokumentasikan hasil pembelajaran dengan cara yang kreatif. Jadi setelah lelah mengajar, yang terkadang membuat kita jadi lepek, Lappack atau Lapbook ini menjadi salah satu bentuk dokumentasi kita akan suatu materi. 

Salah satu buku yang direkomendasikan untuk membuat Lapbook ini adalah buku The Big Book of Books. Buku karangan Dinah Zike ini berisi kumpulan craft dengan kertas yang bertujuan untuk membuat buku dan memaksimalkan kegunaan buku tersebut. Isi didalamnya bukan hanya prakarya untuk membuat buku, tetapi juga ada prakarya dengan kertas, matchbook yang dapat digunakan untuk men-drilling suatu materi, menjelaskan suatu materi, dan lain sebagainya. Buku ini sudah susah dicari, kebanyakan menjual second-nya. Tetapi dengan kemajuan zaman, cukup bertanya pada mbah Google pun akan keluar banyak pilihan Lapbook.
Hasil googling lewat Pinterest.
Dari buku tersebut, ada beberapa hal pernah kami buat, diantaranya mini book, layering book, matchbook, dan pop up card. Apakah membuatnya harus sendiri? Tentu tergantung tingkat kesulitannya dan apa tujuannya. Akan lebih baik jika melibatkan anak-anak, sehingga mereka pun akan lebih mengerti. Yang paling sering kami gunakan adalah layering book dan yang paling sering dibuat oleh anak-anak dan dibagikan dengan teman-temannya adalah mini book
Minibook karya Duo Lynns
Word collection
Berprakarya seperti ini, tentu sangat menyenangkan. Namun ada beberapa hal yang penting, yang dibagikan Auntie M, yang harus diingat bagi kita para homeschooler, diantaranya:
1. Lapbook dapat digunakan sebagai salah satu alat peraga untuk menjelaskan konsep. Terkadang konsep merupakan hal yang abstrak bagi anak-anak. Dengan adanya lapbook, penjelasan yang rasanya ribet dapat menjadi sederhana. Penggunaannya pun dapat disesuaikan dengan gaya belajar si anak. Bahkan anak yang gaya belajarnya auditori pun dapat menikmati penggunaan lapbook
Layering book untuk penjelasan waktu.
2. Dengan Lapbook, kita dapat mendokumentasikan apa yang sudah dipelajari selama ini. Di akhir pembahasan suatu materi, kita dapat membuat rangkuman bersama anak. Secara tidak langsung kita bersama dengan anak mengulang bersama. Dan akan lebih seru jika si anak dapat ikut serta dalam pembuatan lapbook. Tentunya keterlibatan si anak disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan umur si anak.
Mini Matchbook tentang waktu
3. Lapbook dapat digunakan sebagai alat atau bahan presentasi. Setelah si ayah pulang, anak-anak dapat menggunakannya sebagai bahan presentasi kepada si ayah mengenai apa yang mereka pelajari. Selain kepada si ayah, anak-anak dapat menggunakannya lapbook sebagai alat presentasi saat ada pertemuan dengan anggota dalam komunitas. 

4. It takes time to make it, but as long as they understand, it's okay (with reasonable expectation). Dalam suatu kegiatan belajar mengajar (KBM), terkadang ada masanya KBM belajar sedikit melambat, atau lumayan melambat, dan ada masanya KBM berjalan cepat. Saat sedang melambat, rasanya pasti senewen karena semuanya tidak berjalan sesuai rencana kita. Tetapi sebetulnya bagi homeschooler hal ini seharusnya tidak membuat pusing kita karena waktu kita lebih fleksibel. Tidak masalah jika sedang melambat, selama mereka mampu mengikutinya. Daripada dikejar untuk maju namun si anak tidak kuat difondasinya, bukankah akan membuat kita mengulang materi ini dikemudian hari. 

5. Walau kita tidak kreatif, tapi banyak sumber-sumber yang dapat digunakan. Sekarang sudah banyak sumber informasi yang dapat digunakan bagi kita untuk berkreasi. Dari yang sederhana sampai yang rumit, dari yang low budget sampai yang wah. Jadi tidak kreatif bukanlah lagi alasan bagi kita untuk terpaku dengan textbook saja. Yang diperlukan adalah kerelaan kita untuk meluangkan waktu untuk membuat ini. 

6. Don't expect something that is higher than capacity. Yang artinya jangan membuat diri sendiri susah. Kalau kita mulai senewen dengan pelajaran yang ada, bisa jadi kita menaruh standar diatas kapasitas anak dan kita mengejar  yang Tuhan tidak ingin kita kejar. 

7. Pembelajaran yang ada hendaknya selaras dengan apa yang Tuhan inginkan dan jangan dipatok. Bagi anak-anak tertentu, pembelajaran apapun rasanya mudah. Tetapi ada anak-anak yang memang membutuhkan waktu untuk menyerap suatu materi. Bukan berarti anak yang terlalu aktif, seperti kata orang-orang zaman dulu, tetapi memang keahlian mereka bukan dalam bidang akademis. Jika kita mematok anak seperti ini harus bisa materi ini dalam waktu sekian, yang jelas-jelas tidak rasional, maka kita berusaha menjalankan maunya kita, bukan maunya Tuhan.

8. You can't nurture others unless you are nurtured. Ini point yang menurut saya penting. Jika kita tidak mendapatkan nutrisi yang baik, maka kita tidak akan mampu memberikan nutrisi kepada si anak. Seringkali kita berpikir yang penting anak-anak bisa secara akademis. Namun dibanding hal akademis, ada hal yang lain yang lebih penting. Dalam homeschool, kita mengisi hati dan bukan hanya mengisi pikiran mereka. Bagaimana kita dapat mengisi hati mereka jika kita tidak ternutrisi dulu secara spiritual. Oleh sebab itu, penting bagi homeschooler untuk ternutrisi dengan baik secara rohani. 

9. Bagi si ibu, Lapbook merupakan bukti dari suatu pembelajaran. Setelah seharian sibuk ngurus rumah dan anak, dari kejar-kejaran dengan waktu dan rutinitas sampai membuat lepek, seringkali mama-mama homeschooler, setidaknya saya, merasa kok hari berlalu dan kerjaan tidak ada habis-habisnya. Setelah lepek seharian, lappack atau lapbook menjadi bukti bahwa ada hasilnya setelah kita lepek seharian. 

Di akhir pertemuan, anak dari auntie M membagikan pengalaman dia selama ini dengan lapbook. Menurut J, lapbook itu berarti suatu buku yang dapat ditaruh di pangkuan si anak (book on the lap) dan saat dibuka si anak dapat memahami suatu pelajaran dengan lebih gamblang. Bagi J, setiap usaha yang dilakukan mamanya untuk membuat dia memahami materi melalui lapbook sungguh berharga. Sekarang terserah kepada kita sebagai orang tua, apakah mau banyak sedikit berkorban untuk anak dengan meluangkan waktu untuk menyiapkan perlengkapan yang ada. 

Setelah pertemuan kami selesai, kami diberi kesempatan untuk melihat-lihat beberapa lapbook yang mereka bawa. Ada yang sederhana dan ada yang rumit, tetapi bermakna dan penuh dengan kenangan tentunya. Selain keluarga Pasaribu, ada juga senior lain yaitu keluarga Hartono. Acara dilanjutkan dengan fellowship sambil makan siang. Acara ngobrol bersama senior-senior mengenai suka duka homeschool dan tips lainnya mengenai homeschool life ini semakin seru karena anak-anak mereka juga hadir dan menjadi saksi hidup dari segala kerumitan proses belajar mengajar dan merasakan hasilnya dalam hidup mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar