Jumat, 15 September 2017

Apakah Gaya Belajarmu?


Setiap orang diciptakan istimewa,dengan keunikan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Saudaran kandung juga memiliki perbedaan. Walau lahir dari rahim yang sama, pasti ada beberapa hal yang berbeda. Bahkan anak kembar identik saja pasti punya perbedaan. Mungkin bukan hanya fisik yang berbeda, bisa juga makanan kesukaan, hobi, gaya berpakaian, dan gaya belajar yang berbeda. 

Saat kami memulai homeschool, proses pembelajaran berjalan dengan baik pada kakak. Kakak tipe anak yang manis, yang dapat menangkap apa yang saya jelaskan dengan alat bantu yang sederhana dan bahkan tanpa alat bantu sekalipun. Mamanya tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Bahkan saat sekarang pun kalau kakak lagi 'error' atau saya yang lagi 'error' (maafkan mama, ya nak) dan nadanya mulai naik satu oktaf, kakak akan segera menyelesaikan pekerjaannya. 

Saat adik mulai belajar, proses pembelajaran berjalan dengan cara yang berbeda. Metode yang sama terkadang berhasil, terkadang tidak berhasil. Saya harus segila sekreatif mungkin supaya pembelajaran lebih cepat ditangkap oleh adik. Banyak alat bantu mengajar yang saya buat saat saya mengajar adik. Tidak terbayangkan jika saya keukeuh menggunakan cara yang sama dengan cara saya mengajar kakak, maka saya akan menjadi sangat frustasi dan adik pun bisa emosi jiwa karena tidak mengerti apa yang mamanya ajarkan.

Gaya belajar kakak dan adik memang berbeda. Dan bukan hanya kakak dan adik, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda. Kita tidak dapat berkata karena saya gaya belajarnya ini dan suami gaya belajarnya itu, maka anak saya akan memiliki gaya belajar ini atau itu. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui apakah gaya belajar anak kita. Berdasarkan pengalaman saya saat mengajar anak-anak, dan juga anak sendiri, ada tiga macam gaya belajar. Sekarang mungkin sudah meluas, tetapi menurut saya itu hanya kembangan dari yang tiga ini. Dan beruntungnya kami, kurikulum CCC yang kami pakai menjelaskan hal yang sama juga. Oya, tulisan ini pasti jauh dari sempurna, apalagi sesempurna para pakar pendidikan, tetapi mungkin saja dapat membantu para mama (seperti saya) yang terkadang sakit kepala saat mengajar anak.

Visual

Tipe yang pertama adalah visual. Tipe ini merupakan tipe yang paling banyak dimiliki orang. Anak tipe ini belajar dengan melihat. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. 
1. Mudah memvisualisasikan sesuatu di pikiran mereka.
2. Menyukai diagram, tabel, flash card, video, buku, dan segala hal yang detil.
3. Menyukai list atau daftar, bahkan sebelum mampu membaca.
4. Mudah terganggu dengan hal-hal yang berbau visual.
5. Suka tidak fokus saat bercakap-cakap karena matanya melirik sana sini.
6. Senang saat guru menjelaskan dengan menulis atau menggambar, intinya yang menggunakan alat tulis. 
7. Senang kepada penghargaan yang bersifat visual, seperti gambar bintang, sticker, dan sebagainya.

Auditori

Tipe yang kedua adalah auditori. Anak yang mempunyai tipe belajar seperti ini belajar melalui pendengaran. Karena melalui pendengaran, mereka cenderung senang berbicara saat belajar. Saat mereka berbicara dan mereka mendengar apa yang mereka ucapkan, otak mereka memrosesnya. Ciri-ciri tipe auditori adalah sebagai berikut:
1. Menyukai instruksi yang sangat jelas dan mengulangi kembali instruksi tersebut dalam bahasa mereka.
2. Senang membuat suara saat mengerjakan sesuatu.
3. Biasanya mempunyai kemampuan verbal yang baik.
4. Menyukai puisi, cerita, ilustrasi mengenai orang dan pengulangan secara oral.
5. Biasanya cenderung tidak suka membaca, tetapi saat mereka harus membaca, mereka akan membaca dengan bersuara.
6. Menyukai musik dan biasanya suka bernyanyi.
7. Menyukai pengulangan terhadap segala hal.
8. Lebih menyukai test secara oral daripada test tertulis.
9. Senang kepada penghargaan yang bersifat pujian, seperti kata-kata.

Kinestetik

Tipe yang ketiga adalah kinestetik. Anak yang mempunyai tipe belajar seperti ini belajar melalui tindakan. Karena melalui tindakan, anak yang kinestetik cenderung tidak bisa diam atau pecicilan. Ciri-ciri tipe kinestetik:
1. Senang dengan yang namanya alat bantu.
2. Tidak bisa diam dan hobi menyentuh segala hal. Senang bergerak, dan beberapa diantaranya dapat dikategorikan hiperaktif.
3, Sangat bagus dengan hal-hal yang berbau motorik, khususnya motorik kasar.
4. Susah untuk mendengarkan susah untuk diminta duduk manis, seakan ada paku di kursinya.
5. Menyukai project, eksperimen, dan juga bunyi-bunyian.
6. Suka untuk menyentuh suatu gambar dan memegang buku sendiri (melihat dengan tangan).
7. Tidak suka tugas menulis.
8. Senang kepada penghargaan yang bersifat sentuhan fisik, seperti dipeluk, ditepuk pundaknya, dan sebagainya.

Cara sederhana untuk mengetahui anak kita gaya belajarnya seperti apa adalah saat ia melihat barang yang dia suka. Anak yang visual akan cenderung mengamati benda tersebut baru menyentuh atau bertanya (melihat dengang mata). Anak yang auditori akan ngoceh dulu, bertanya mengenai barang tersebut dan berusaha menemukan suara atau bunyi-bunyian dari barang tersebut (melihat dengan telinga). Sedangkan anak kinestetik akan menyentuh barang tersebut sebelum betul-betul melihat dan mengetahui benda tersebut (melihat dengan tangan). Adik adalah tipe yang ketiga, sehingga kami harus senantiasa mengingatkan bahayanya jika langsung memegang barang sebelum mengamati.

Apakah setiap orang pasti hanya punya satu tipe gaya belajar? Sama seperti temperamen, ada satu tipe yang dominan, dan tipe yang lainnya mendukung. Misal si A adalah anak yang dominan kinestetik. Bisa jadi gaya pendukungnya adalah auditori atau visual. Kebanyakan orang kuat di satu tipe belajar, tetapi itu tidak berarti bahwa mereka tidak dapat belajar dengan dua cara yang lain. Saya sendiri memiliki gaya belajar yang dominan di visual, dan didukung oleh kinestetik dan auditori. Tetapi saya mudah menghapalkan sesuatu melalui lagu juga. Dengan kata lain, ketiga cara belajar ini bisa saling melengkapi asalkan digunakan pada tempatnya.

Setelah kita mengetahui gaya belajar anak kita, apakah ini dapat menjadi excuse saat anak kita berbuat sesuatu? Apakah kita harus pasrah jika misalkan si anak kinestetik tidak bisa diam dan kita membiarkannya semaunya saja? Kan memang anak kinestetik begitu. Atau memang nih si anak auditori senang berisik dan berkata-kata dengan suara yang besar. Menurut saya tidak. Anak yang kinestetik bukan berarti tidak dapat dilatih untuk duduk manis juga pada keadaan tertentu. Atau anak yang auditori bukan berarti bebas teriak-teriak dimana saja. Gaya belajar bukanlah alasan seorang anak tidak tahu sopan santun bukan? Sebagai orang tua, salah satu tugas kita adalah membiasakan anak bersikap pada tempatnya. Jika kita menganggap ya karena tipe belajarnya begitu, wajar kalau dia lari-larian atau teriak-teriak atau menonton seharian (walaupun tontonan edukasi), maka endingnya adalah kita mengabaikan si anak. Menurut saya loh ya = D

Apa sih manfaatnya jika kita tahu gaya belajar masing-masing anak? Sebagai orang tua, salah satu tugas kita adalah mengajar mereka. Menaruh anak ke sekolah bukan berarti tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk mendidik anaknya hilang. Di rumah pun kita dapat membantu si anak untuk memahami materi yang disampaikan di sekolah. Dengan mengetahui gaya belajar si anak, kita lebih mudah untuk menjelaskan sesuatu. Selain itu, kita tidak akan dengan gampang melabeli anak kita saat kita membandingkan dengan saudaranya. 

Tentang pelabelan, seringkali di sekolah terjadi pelabelan terhadap anak. Si A nakal ya tidak bisa diam. Si B anaknya tidak pintar, dijelaskan tetapi tidak mengerti juga. Jika guru tidak mengetahui tentang gaya belajar si anak, seringkali mereka akan melabeli si anak. Buntutnya, kita mengiyakan kata-kata mereka atau kita marah-marah sama guru tersebut karena meng-underestimate anak kita. Jika kita mengetahui tipe belajarnya, kita dapat memberikan 'pembukaan' kepada si guru mengenai gaya belajar anak kita dan berharap bahwa dengan proses penyampaian yang sesuai, bisa jadi proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Dengan demikian tidak ada lagi pelabelan terhadap anak.

Bagi homeschooler, dengan mengetahui gaya belajar si anak, kita tidak akan menaruh ekspektasi berlebih jika si anak belum mengerti materi yang kita ajarkan. Kita dapat mengajarkan dengan cara yang memang lebih mudah dimengerti oleh si anak. Dan untuk mamanya, hal ini membantu untuk mengurangi stres dan membuat kita berpikir kita memang tidak dapat mengajar.

Dengan mengetahui gaya belajar si anak, kita lebih bisa 'menikmati' proses belajar mengajar yang ada. Jika mereka tidak mengerti suatu pelajaran, saya berhenti di pelajaran tersebut dan berusaha menyesuaikan dengan gaya belajar mereka (atau bahkan dengan gaya belajar sekunder mereka). Seringkali, perubahan tersebut, walau sedikit, membantu mereka memahami pelajaran yang disampaikan. Dan percaya deh, rasanya senang (pakai banget) saat anak kita memahami suatu materi yang awalnya mereka bingung hanya karena kita mengubah cara penyampaian kita. Itu suatu kebahagiaan dan berkat yang luar biasa ;)

Sumber foto: tatasky.com dan traveldirectors.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar