Selasa, 21 Maret 2017

Menyelesaikan Perselisihan Anak-anak


"Anaknya manis-manis ya. Di rumah tidak pernah berantem?" 

"Mereka selalu akur ya....so sweet deh."

Dua kalimat tersebut sering keluar dari mulut orang-orang yang sering bertemu kami atau baru pertama kali bertemu kami. Memang Duo Lynns terlihat begitu manis jika sedang main bersama. Dan banyak orang tua bercerita mengenai kepusingan mereka menghadapi ulah anak-anaknya di rumah (ebentar nangis, sebentar rebutan barang, sebentar berantem). Tetapi apakah betul Duo Lynns selalu akur saat di rumah?

Tentu saja tidak =D Namanya juga masih anak-anak. Ada kalanya yang satu iseng dan yang satu tidak suka diisengi (dalam bahasa kami disebut ndak kenaan). Tiap hari di rumah pun diwarnai dengan main bersama, saling melayani, saling kesal, dan pasti ada tangisan. Saya pun harus menjadi 'hakim' untuk menangani setiap perselisihan yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri. Tetapi puji Tuhan, saat terjadi perselisihan, anak-anak ini tidak main tangan. 

Sebagai orang tua yang mempunyai anak dua, kami tahu bahwa perselisihan antara saudara pasti dapat terjadi. Mengapa demikian? Karena setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda. Dan jika perselisihan ini tidak ditangani dengan baik, suatu saat nanti akan menjadi masalah yang serius dan menjurus kepada kekerasan. Apakah yang biasanya kami lakukan jika terjadi perselisihan antara kakak dan adik? Berikut beberapa tips yang mungkin dapat dicoba.

1. Tenang
Hal ini akan mudah untuk dikatakan tetapi susah untuk dikerjakan. Apalagi biasanya perselisihan anak-anak terjadi saat kita sedang sibuk. Saar perselisihan terjadi, tarik napas terlebih dahulu supaya kita menjadi lebih tenang. Jika memang kita sedang melakukan sesuatu yang harus segera dilakukan, kalau saya biasanya sedang memasak yang kalau ditinggal bisa gosong, mintalah anak-anak untuk duduk dan minum. Mereka pun perlu menenangkan diri mereka. Setelah saya selesai mengerjakan pekerjaan saya, saya akan menemui mereka untuk bertanya apa yang terjadi.

2. Bicarakan permasalahan dengan tenang dan jadilah pendengar yang baik bagi kedua belah pihak.
Setelah semuanya tenang, mintalah kedua belah pihak menceritakan apa yang terjadi menurut versi mereka masing-masing. Kecenderungan orang tua adalah memotong saat cerita belum selesai. Hal ini akan membuat anak menjadi emosi kembali (kalau si kakak, dan adik juga mulai meniru, akan berkata you cut my word dengan gerakan sedang menggunting). Sebagai orang tua kita harus menjadi pendengar yang baik. Dengan demikian kita dapat memahami apa yang mereka rasakan.

3. Selesaikan permasalahan 
Biasanya kami akan ajak salah satu pihak untuk memposisikan diri mereka di pihak yang lain, dan bertanya jika dia melakukan hal yang kamu lakukan ke kamu, apakah kamu mau. Dengan demikian mereka mulai berpikir apakah tindakan mereka salah atau benar. Selain itu, pendekatan yang sering kami pakai adalah dengan bertanya apakah sikap mereka mencerminkan dengan suatu karakter yang sudah mereka pelajari. Pasti mereka akan menjawab: "tidak, tetapi...". Setiap anak pasti akan mencari pembelaan dirinya. Hal ini wajar, karena setiap orang termasuk kita yang sudah dewasa pasti ada namanya mekanisme membela diri. Kami tetap menarik akar pembicaraan ke salah satu karakter dan menekankan bahwa jika mereka berbuat seperti itu mereka membuat kami sedih dan Tuhan pun sedih.  

4. Pastikan mereka saling meminta maaf dan memaafkan
Biasanya setelah proses diatas selesai, mereka saling dapat menerima dan setelah itu berpelukan dan meminta maaf. Terkadang akan ada masanya salah satu anak susah untuk meminta maaf. Kami akan tetap menyuruh meminta mereka untuk meminta maaf. Dan jika permintaan maafnya terdengar tidak tulus (minta maaf tetapi setengah teriak), maka akan kami minta mereka untuk mengulanginya.

5. Jika dalam perselisihan mereka terdapat tindakan fisik, pastikan si anak mengerti bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Seringkali kami melihat anak-anak yang berselisih (baik anak laki-laki maupun anak perempuan) melakukan tindakan fisik seperti memukul, menjambak, menendang, menggigit, dan tindakan-tindakan horor lainnya. Bersyukurnya Duo Lynns tidak pernah melakukan hal seperti ini. Perselisihan mereka hanya mentok pada laporan ke papa mama dan teriakan ala anak perempuan. Buat kami itu saja sudah cukup mengganggu.
Berdasarkan pengalaman saya saat menangani anak-anak kecil, beberapa anak yang sering melakukan tindakan fisik saat berselisih melihat temannya atau orang tuanya menyelesaikan permasalahan dengan memukul atau pernah dipukul oleh temannya sehingga si anak membentuk mekanisme pertahanan dirinya atau meniru tindakan tersebut. Biasanya saya akan mengatakan apa fungsi tangan dan kaki mereka. Dengan kata lain membuat mereka menyadari bahwa tangan kaki mereka tidak boleh digunakan untuk memukul, menendang, dan sebagainya. Jika hal pendekatan tersebut tidak berhasil, masih terus dilakukan, menurut saya anak tersebut perlu didisplin

Saat menulis ini, saya jadi teringat waktu saya kecil, banyak orang tua yang berkata yang besar harus mengalah dengan yang kecil. Sedangkan ibu saya selalu menyuruh saya mengalah dengan siapapun pada saat bermain. Untuk urusan bermain, memang mengalah lebih baik. Tetapi saat ada perselisihan, apakah benar yang kecil harus selalu dibela walau dia bersalah? Menurut saya, tidak. Kecenderungan membela yang kecil (atau membela yang besar) akan menjadi akar permasalahan di kemudian hari. Yang salah harus diberi tahu bahwa dia salah, dengan penyampaian yang sesuai umurnya. Dan yang benar tetap harus diingatkan bahwa ia harus selalu berbuat baik. 

"Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang ~ 1 Tes 5:15"

sumber foto: debbicarberry.com.au

4 komentar:

  1. Menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara anak-anak memang gampang-gampang susah. Kita harus belajar untuk mengajari anak-anak cara memahami suatu permasalahan agar mereka bisa menemukan jalan damai. Btw, nice Info mbak, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Nona Makeup...
      Iya, mereka harus dapat memahami kenapa mereka jadi terlibat dalam perselisihan.
      Sama-sama :)

      Hapus
  2. Waktu kecil, ibu saya selalu mengajarkan untuk tidak membuat pertengkaran karena itu hanya membawa perasaan menyesal saja dikemudian hari. Makannya sampai sekarang saya selalu mencoba untuk menghindari pertengkaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang pertengkaran tidak menyenangkan, tetapi terkadang dengan adanya konflik dapat membuat kita jadi lebih dewasa, asal jangan keseringan. Terima kasih sudah mampir:)

      Hapus