Jumat, 04 November 2016

Trick or Treat?

Pumpkin carve. Sumber foto: livescience.com
Dimulai dari laporan kakak kemarin sore kalau mulai Jumat kemarin Doc Mc Stuffin akan agak seram karena sudah mau Halloween. "Ih, seram tuh!" Kata kakak. Lalu saya iseng bertanya jadi dia mau nonton apa. Memang anak-anak di rumah tahu kalau kami tidak merayakan Halloween ataupun menonton film yang horror. Kakak pun berkata dia mau menonton film tentang pet atau hewan peliharaan saja, kan tidak ada halloweennya. Adik pun menambahkan menonton Barney saja deh. Saya tertawa sambil menunggu pertanyaan mereka selanjutnya. Dan betul saja, mereka bertanya Halloween itu apa sih. Saya mencoba menjawab mereka dengan bahasa yang sederhana, yaitu Halloween merayakan tentang kematian dan roh-roh. Tetapi pertanyaan ini menggelitik saya dan membuat saya ingin mencari tahu lebih lagi tentang Halloween.

Menurut saya, terlepas kita termasuk golongan yang menolak Halloween, menerima Halloween ataupun netral di antaranya, sebagai orang tua kita harus tahu asal-usul mengenai Halloween. Tanpa mengetahui latar belakangnya, seringkali kita akan merasa si A terlalu ekstrim atau si B terlalu bebas. Tetapi dengan mengetahuinya, maka kita pun menjadi lebih bijak dan lebih obyektif dalam segala hal (puitis bener deh bahasanya).

Asal Usul Halloween
Berdasarkan hasil googling, hampir semua orang berkata bahwa perayaan Halloween berasal dari festival yang dirayakan oleh orang Celtic (penduduk Eropa Tengah seperti Irlandia, Scotlandia, British) zaman kuno di abad ke 5 SM. Festival ini bertujuan untuk perayaan akhir tahun musim panen, atau disebut dengan Tahun Baru. Pada masa itu, orang Celtic menganut Paganisme, yaitu kepercayaan yang menyembah dewa-dewa, menggunakan kesempatan ini untuk melakukan festival dengan menyembelih hewan ternak serta menimbun makanan untuk musim dingin.

Orang Gael (orang Irlandia kuno, bagian dari orang Celtic) merayakan perayaan ini juga sebagai hari dimana pembatas antara dunia orang hidup dan orang mati terbuka. Orang mati akan membawa sakit penyakit dan merusak hasil panen yang tentu saja akan membahayakan orang yang hidup (hasil panen rusak berarti mereka tidak akan ada makanan selama musim dingin dan sakit akan membuat mereka juga meninggal). Oleh sebab itu, orang Gael akan membuat api unggun untuk mengusir roh jahat dan membakar tulang-tulang hewan yang mereka potong dan memakai kostum seram agar tidak diganggu oleh orang-orang mati disaat perayaan ini. Perayaan setiap tanggal 31 Oktober ini disebut juga festival Samhain. Festival ini terus berlanjut dan pada abad ke 1 M, orang Romawi mengadopsi festival ini dan juga merayakannya. 

Pada abad ke 7 M, Paus Bonifasius IV menetapkan tanggal 1 November sebagai hari perayaan semua orang kudus untuk menghormati para martir. Perayaan ini bertujuan untuk menghormati mereka yang sudah meninggal dan yang dinyatakan sebagai santo ataupun santa. Pada abad 11 M, ditetapkan bahwa tanggal 2 November adalah hari perayaan semua jiwa umat beriman yang telah meninggal dunia. Sejak saat itu umat Katolik, dan juga gereja Anglican di Inggris, merayakan dua hari tersebut dengan pergi ke pemakaman untuk menyalakan lilin bagi kerabat mereka yang telah meninggal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ini adalah cara untuk merubah tradisi paganisme yang dilakukan orang Celtic, perayaan akhir musim panen dan perayaan orang meninggal, dan mengarahkan menjadi lebih positif.

Di abad ke 18 orang-orang mulai mengenal istilah Halloween, all hallow eve atau Hallowe'en, yang berarti all hallow evening yang artinya malam hari kudus, yang bertujuan menyambut tanggal 1 November (all saints day) dan 2 November (all soul day). Di malam ini secara tidak resmi mereka mengenang kenyataan tentang kematian. Walaupun perayaan Halloween mulai bergeser dari festival Samhain, tetapi prakteknya pada masyarakat adalah mereka lebih merayakan Halloween dengan cara seperti pada abad ke 5 SM, masa all saints day dan all soul day belum ditetapkan.

Pada tahun 1846, saat orang Irlandia ini bermigrasi ke Amerika Serikat, tradisi ini dibawa oleh mereka dan akhirnya menjadi bagian kebudayaan orang Amerika Serikat. Sekarang Halloween dirayakan di berbagai negara dan lebih dikenal dengan nilai bisnisnya (kostum, makanan, dekorasi yang banyak dijual).

Makna Kostum Seram
Seperti dikatakan di atas bahwa selama Samhain, pembatas antara dunia orang hidup dan orang mati terbuka, maka roh-roh dari orang yang sudah meninggal dapat berada di tengah manusia. Roh ini dapat mengganggu orang-orang yang hidup, bahkan membawa roh si orang yang hidup. Oleh sebab itu dimulailah penggunaan kostum yang menyeramkan agar roh yang datang menganggap si pengguna kostum adalah temannya dan tidak mengganggu si pengguna kostum.  
Kostum tukang sihir, kostum favorit saat Halloween.
Sumber foto: hallowencostumeforall.itsthebuzz.com 
Pumpkin dan Jack o Lantern
Halloween identik dengan pumpkin. Bahkan sebagian orang mengatakan Halloween bukanlah Halloween jika tidak ada pumpkin yang dihias. Simbol Halloween yang diketahui secara universal adalah pumpkin yang diukir membentuk wajah menyeramkan, yang biasanya disebut dengan Jack-o'-lantern. Di dalam Jack-o'-lantern tersebut biasanya diletakkan lilin yang menyala atau lampu agar terlihat lebih seram jika di tempat gelap. Tetapi tidak banyak orang yang mengetahui sejarah dari Jack-o'-lantern. 

Kisah ini dimulai dari seorang petani yang gemar mabuk yang bernama Jack. Suatu ketika, dalam keadaan mabuk ia berniat menipu setan namun apa daya senjata makan tuan. Singkat cerita, saat Jack meninggal, ia ditolak untuk masuk ke neraka ataupun ke surga. Jack hanya dapat berkeliaran di alam kegelapan, di sekitar wilayah api penyucian. Jack membuat lentera dari lobak dengan api yang didapatkan dari batu bara yang dilemparkan iblis dari neraka. Jack menggunakan lentera lobak ini untuk memandu jiwanya. Oleh sebab itu ia disebut Jack of the Lantern, yang disingkat Jack-o'-Lantern. 

Sejak saat itu, bangsa Celtic membuat ukiran lobak, mengisinya dengan lilin, dan ditemparkan di luar rumah setiap tanggal 31 Oktober. Tujuannya adalah untuk membantu arwah-arwah yang tersesat di malam itu untuk kembali pulang. Selain itu lobak diukir menyeramkan juga untuk menakut-nakuti roh-roh agar segera pergi dari rumah tersebut. Ada yang beranggapan bahwa Jack mencari anak-anak untuk menemaninya. Sehingga saat senja, setiap rumah akan menaruh lobak yang berisi cahaya agar Jack tidak mencari anak di rumah tersebut.

Ketika kelaparan melanda Irlandia tahun 1846, banyak orang yang mengungsi ke Amerika. Tradisi Halloween tetap mereka bawa ke benua baru ini. Karena lobak sulit didapat di Amerika, maka mereka menggunakan pumpkin sebagai pengganti. Siapa sangka, pumpkin menjadi lebih populer dibanding lobak saat ini. Mungkin karena warnanya yang menarik dibanding lobak.

Trick or Treat dan permen
Di masa dahulu, saat festival Samhain, roh-roh yang datang menyamar menjadi pengemis ataupun muncul dalam rupa yang tidak sedap dipandang. Mereka akan mengetok rumah dan meminta uang ataupun makanan. Jika mereka pergi dari rumah tersebut dengan tangan kosong, maka si pemilik rumah beresiko mendapatkan kutukan atau dihantui oleh roh jahat.  

Di masa sekarang, tradisi tersebut muncul dalam bentuk kunjungan anak-anak ke rumah orang-orang di lingkungan mereka. Mereka akan berkata trick or treat yang maksudnya adalah meminta permen dan snack yang ada saat Halloween. Jika pemilik rumah memilih treat, maka mereka akan mendapatkan goodies. Terkadang mereka diminta untuk menyanyikan lagu 'soul cakes'  sebelum mendapatkan goodies. Tetapi jika pemilik rumah tidak memberikan, maka rumah atau pekarangan si pemilik rumah akan diberi 'peninggalan' seperti kaca jendela yang diberi air sabun ataupun trick lainnya. Konon katanya dahulu permen itu digunakan untuk menenangkan roh yang datang tersebut. Ternyata permen bukan hanya disukai oleh anak-anak, tetapi juga oleh roh-roh. 

Warna Hitam dan Orange
Ciri khas lainnya dari Halloween adalah dekorasi dengan dominasi warna orange dan hitam. Orange melambangkan akhir dari musim panen (saat musim gugur rata-rata daun berwarna orange), sedangkan hitam melambangkan kematian. 

Perkembangan Halloween di Indonesia
Halloween awalnya sangat terkenal di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Belakangan Halloween juga mulai masuk ke negara-negara di Asia, walau tidak dalam bentuk anak-anak yang datang ke rumah-rumah. Halloween akan dirayakan di mall ataupun di kawasan tertentu. Mereka merayakan dengan menggunakan kostum-kostum seram. Bahkan di Jepang, kostum seram ini disesuaikan dengan hantu Jepang, karena drakula dan vampir kurang terkenal di Jepang mungkin.

Bagaimana dengan di Indonesia? Kurang lebih sama seperti di negara Asia lainnya. Halloween dirayakan di mall, ataupun mungkin komunitas tertentu merayakan di function hall. Kami pernah melihat sekumpulan orang-orang menyewa suatu restoran dan menggunakan kostum aneh-aneh. Dan beberapa waktu lalu, saya membaca salah satu artis yang menikah dengan anak konglomerat Indonesia pun menghias rumahnya dengan dekorasi orange hitam ala Halloween dan mengadakan perayaan dengan teman-temannya. Dengan kata lain, perayaan Halloween di Indonesia lebih sekedar latah dibanding mengerti arti dari Halloween tersebut.

Pandangan Kami terhadap Halloween
Ok, bagian ini masuk ke sisi yang lebih subyektif. Hal ini bukan untuk diperdebatkan karena setiap keluarga mempunyai nilai dan pakem masing-masing. Bagi keluarga kami, kami tidak merayakan Halloween karena asal usulnya. We celebrate the living, not the death. Mengenang keluarga yang sudah meninggal, martir-martir pun boleh, karena dengan mengenang dan menghormati mereka kita pun diingatkan kembali akan perjalanan iman mereka, tetapi bukan dengan kostum yang seram ataupun dekorasi yang menyeramkan.

Beberapa teman saya yang Katolik pun merayakan all saints day dan all soul day tanpa menggunakan kostum aneh-aneh. Sedangkan beberapa teman yang lain merayakan tanggal 31 Oktober sebagai hari reformasi gereja, hari dimana Martin Luther memakukan protesnya yang terkenal sebagai 95 Dalil. Tetapi mereka juga tidak merayakan dengan kostum aneh-aneh. 
Ilustrasi Martin Luther saat memakukan protesnya.
Terlepas dari boleh atau tidak boleh, kita dapat juga menggunakan pilihan berguna atau tidak bagi anak-anak kita. Walau ada yang berkata kan cuma pakai kostum, lucu-lucuan aja. Tetapi menurut kami membiasakan anak memakai kostum seram hanya akan membiasakan si anak berhubungan dengan yang seram-seram tersebut.

Lalu boleh tidak pakai kostum? Boleh saja kok, apalagi di bulan Oktober ini juga dirayakan hari PBB. Nah, bukankah ini lebih seru, menggunakan kostum yang mewakili persatuan? Sedangkan di luar negeri, bagi keluarga yang tidak merayakan Halloween, mereka juga merayakan costume festival bagi anak kecil, dengan kostum yang lucu-lucu. Buat saya lebih baik sih daripada kostum yang seram-seram. 

Sekali lagi, ini adalah opini pribadi, yang berarti masing-masing orang dapat berbeda :) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar