Jumat, 30 September 2016

Homeschool untuk Anak Autis

Autism
Beberapa bulan lalu ada yang menghubungi saya dan bertanya tentang kurikulum untuk anak autis. Tidak lama setelah itu, saya pun dihubungi oleh teman yang lain yang mencari guru homeschool untuk anak autis. Hal ini membuat saya penasaran dengan topik ini. Saya pun mulai menggali informasi dan memelajarinya. Berikut hasil observasi saya mengenai autisme. Mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam pemilihan kata, tanpa maksud menyinggung siapapun.

Sekilas tentang Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang biasanya muncul pertama kali pada usia batita. Biasanya hal ini disebabkan oleh gangguan syaraf yang mempengaruhi fungsi normal otak, khususnya pada bidang kecakapan berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Itulah sebabnya kita terkadang melihat anak-anak ataupun orang dewasa yang dikategorikan autis biasanya susah dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal, berinteraksi sosial, serta susah dalam bermain. Perlu diingat bahwa autisme bukanlah penyakit, tetapi gangguan.

Autisme adalah salah satu dari lima gangguan di bawah payung Gangguan Perkembangan Pervasif (PDD), yaitu suatu kategori gangguan syaraf yang dicirikan oleh “kerusakan hebat dan besar pada beberapa bidang perkembangan.” Dan biasanya autisme sering disebut gangguan spektrum autisme atau autisme spectrum disorder(ASD). Mengapa spektrum? Kita tentunya tahu bahwa spektrum cahaya terdiri dari cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Berarti suatu cahaya tidaklah tunggal. Demikian juga dengan autisme. Tiap-tiap individu yang menderita autisme akan menunjukkan serangkaian perilaku yang berbeda-beda. Selain itu tingkat ringan atau beratnya pun berbeda-beda pula. Dengan kata lain tidak ada satupun penyandang ASD yang sama.

Apa saja sih ciri-ciri anak ASD?
- Senang dengan yang namanya konsistensi dan menolak perubahan.
- Sulit mengungkapkan apa yang dia inginkan, baik dengan kata-kata maupun dengan isyarat/
- Mengulangi kata-kata dengan memakai bahasa responsif yang normal.
- Lebih suka sendirian
- Mudah meledak-ledak (tantrum)
- Susah bergaul dengan orang lain
- Menghindari sentuhan fisik (seperti pelukan) dan tatap mata
- Susah menerima metode-metode pengajaran pada umumnya
- Sangat obsesif terhadap barang-barang tertentu
- Dapat sangat peka atau bahkan tidak peka terhadap rasa sakit
- Tidak punya rasa takut nyata akan bahaya
- Terkadang seakan tidak mendengar, walau hasil tes pendengarannya bagus.
- Kecakapan motorik halus/kasar yang tidak seimbang

Ciri-ciri penyandang autis
Tetapi ciri-ciri di atas bukanlah suatu hal yang pasti. Dan dengan penanganan yang tepat, gejala-gejala tersebut dapat berkurang ketika usianya dewasa. Tentunya menghadapi anak-anak seperti ini bukan hal yang mudah. Merawat anak autis menghabiskan banyak tenaga, kesabaran, emosi, dan juga biaya. Bahkan ada yang menuliskan biaya yang diperlukan untuk merawat seorang anak dengan ASD dapat mencapai puluhan milyar rupiah. 

Homeschool untuk penyandang ASD
Beberapa orang bertanya kepada saya mengenai pendidikan untuk anak ASD, khususnya untuk homeschool. Mereka bertanya karena selain biaya pendidikan untuk anak autis tidaklah murah, homeschooling untuk anak autis cukuplah masuk akal. Memang bukan berarti kalau homeschool berarti permasalahan selesai, dan kita tidak sepusing jika anak masuk sekolah. Tetapi setidaknya faktor merasa diterima dan dicintai itu akan lebih dirasakan oleh anak.

Sama seperti homeschooling bagi anak-anak lainnya, homeschooling bagi anak ASD adalah panggilan. Jika orang tua tidak merasa mendapat panggilan untuk melakukannya, maka saat bertemu permasalahan, yang mungkin lebih besar daripada yang dialami orang tua homeschool lainnya, orang tua penyandang ASD ini akan lebih tertekan. Itulah sebabnya, homeschool adalah panggilan. Jika suami istri tidak sepakat atau tidak sehati, maka akan berat untuk melakukannya.

Dalam beberapa hal, homeschool untuk anak ASD mungkin sama dengan homeschool untuk anak pada umumnya. Tetapi dalam beberapa hal, homeschooling untuk anak ASD akan berbeda dengan anak homeschool lainnya. Beberapa keuntungan homeschool untuk penyandang ASD adalah:
1. Ikatan antara orang tua dana anak akan lebih dalam. Dengan memegang anak mereka sendiri, maka orang tua akan lebih dapat menerima segala hal tentang si anak. Dan si anak akan lebih mengenal orang tuanya.
2. Karena kebutuhan anak-anak dengan sindrom ASD berubah mengikuti waktu dan kesehatan mereka, maka dengan homeschooling, cara pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan si anak. Hal ini dapat mengurangi tingkat kestressan si anak.
3. Untuk faktor biaya, tentu saja akan jauh lebih murah jika anak diajar sendiri daripada masuk ke sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Walau saya kurang tahu pasti berapa kisaran biayanya, tetapi beberapa orang yang bertanya kepada saya mempertimbangkan homeschool, baik dengan guru datang ataupun orang tuanya yang mengajar, karena faktor biaya ini.
4. Untuk faktor sosialisasi, kita dapat memilih sendiri cara sosialisasi yang sesuai dengan kebutuhan penyandang ASD.

Cara mengajar dan Alat Bantu
Karena beberapa anak-anak ASD mempunyai kesulitan dengan masalah bahasa, terkadang pikiran mereka tidak mampu untuk memroses kata-kata baik secara tertulis ataupun lisan, maka alat bantu akan sangat membantu anak-anak ini. Anak-anak ASD memroses informasi melalui apa yang mereka lihat. Flash card salah satunya. Dengan flash card yang ada gambar dan tulisan yang menerangkan gambar tersebut akan sangat membantu dalam mengajar.  
Sama seperti anak-anak akan lebih cepat menangkap konsep matematika melalui alat peraga, the more the merrier, maka alat peraga akan sangat membantu saat mengajarkan matematika pada penyandang ASD. Permainan edukasi, software edukasi, akan membantu karena penyandang ASD menikmati komputer, seni dan musik. 
Bagaimana dengan membaca? Anak-anak ASD mempunyai kelemahan dengan yang namanya kemampuan linguistik. Oleh sebab itu, metode membacanya pun tidak seperti anak pada umumnya. Saat melatih anak membaca, perkenalkanlah anak dengan buku yang cukup menarik seperti buku yang ada suaranya, buku yang dapat diraba (feel and touch book) ataupun buku dengan gambar. Mintalah anak untuk menunjukkan gambar dan nama benda yang ada. Sangat disarankan untuk membaca buku yang sama berkali-kali selama beberapa hari (pengulangan bagi si anak) sebelum berganti kepada cerita yang baru. 
Karena penyandang ASD mempunyai respon yang baik terhadap musik, maka mengajar dengan menggunakan lagu sangat membantu. 

Aspek berkomunikasi dan bersosialisasi
Kebanyakan anak ASD mempunyai kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Beberapa diantara mereka tidak mampu untuk berbicara ataupun menulis. Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk dapat membaca bahasa tubuh mereka agar kita mengerti apa yang sedang mereka ingin ungkapkan. Buatlah daftar dengan menggunakan gambar agar mereka tahu mana tindakan yang sesuai dan yang kurang sesuai. Dan saat anak berperilaku yang baik, berikanlah reward pada anak tersebut. 
Bagaimana dengan kemampuan bersosialisasi? Anak-anak ASD agak susah bersosialisasi. Salah satu artikel yang saya baca menyarankan agar orang tua mencoba mendemonstrasikan cara bersosialisasi yang benar. Misalkan dengan boneka tangan. Boneka tangan dapat menarik minat anak dan secara umum mudah digunakan. Selain itu, ajaklah anak melihat video dan mendengarkan cerita yang mengajarkan tentang moral dan karakter.

Aspek Motorik
Seperti anak-anak pada umumnya, melatih kemampuan motorik merupakan hal yang penting. Aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan motorik halus dapat dilakukan di rumah dan disesuaikan dengan kebutuhan. Sedang untuk kegiatan motorik kasar, hal ini merupakan hal yang sangat penting bagi anak-anak ASD dan perlu dilakukan rutin setiap hari. Orang tua dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang sederhana di rumah seperti main lempar tangkap bola (melatih koordinasi mata dan tangan), berjalan di atas titian, dan sebagainya. Selain itu, orang tua juga dapat memasukkan anak-anak ASD ke dalam club olahraga yang sesuai dengan minat anak-anak ini seperti renang, futsal, gymnastic, dan sebagainya. 

Pemilihan Kurikulum
Beberapa hari lalu saya sempat bertemu teman si papa yang ternyata anaknya juga homeschooling. Cerita punya cerita, si teman papa ini bercerita bahwa salah satu sahabat mereka juga memilih homeschool untuk anaknya karena anaknya autis dan ternyata bagus sekali hasilnya. Kurikulum yang dipakai sama dengan kurikulum yang dipakai anak-anak homeschool lainnya, hanya saja perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan si anak dan kesabaran orang tua. Dan menurut saya, kurikulum memang membantu dalam mengajar. Tetapi kurikulum apapun yang dipakai akan menjadi berguna jika pengajarnya yaitu orang tuanya menaruh hati pada anaknya dan rela untuk mengajar anaknya.
Bagaimana dengan waktu belajarnya? Waktunya lebih fleksibel dibanding di sekolah. Sesuaikan dengan si anak, ada yang suka di pagi hari, ada yang suka di sore hari, dan ada juga yang perlu banyak jeda selama belajar. Tetapi usahakan sebisa mungkin konsisten dengan jadwal yang ada. 

Tips dalam melaksanakan homeschool bagi ASD.
1. Sediakan buku catatan atau jurnal.
Jurnal membantu kita untuk mencatat dan mendokumentasikan perkembangan anak, apa yang harus ditingkatkan, bagian apa yang menjadi kekuatannya, apa yang membuat dia stres dan sebagainya. Dengan adanya jurnal, saat harus menemui terapis pun kita dapat mengkonsultasikan kendala-kendala yang ada. 
Dengan adanya jurnal ini, kita dapat memeriksa apakah yang kita lakukan dengan si anak sudah berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan kita memilih homeschool bagi mereka, apakah tujuan kita visible, dan sebagainya.

2. Cari komunitas, baik komunitas homeschool maupun komunitas untuk anak-anak autis.
Komunitas adalah hal yang penting, bukan hanya untuk anak belajarbersosialisasi, tetapi untuk orang tuanya. Dengan adanya komunitas, maka orang tua mendapatkan tempat untuk saling mendukung. 

3. Persiapkan ruangan yang sesuai.
Sebaiknya ada satu bagian di rumah yang dikhususkan sebagai ruang kelas mereka. Tujuannya adalah untuk meminimalkan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi selama belajar sehingga pengajar dan anak tetap fokus selama proses belajar. Jika memungkinkan, selain kursi dan meja yang aman bagi anak, sediakanlah papan tulis dan juga lemari buku. 

4. Carilah terapis yang tepat untuk membantu memantau perkembangan si anak.
Homeschool bukan berarti orang tua harus menjadi orang tua yang super dan bukan berarti anak-anak ASD ini tidak membutuhkan terapis. Mungkin ada orang tua yang dapat melakukan sendiri, tetapi ada juga terapi-terapi yang membutuhkan alat atau sarana tertentu. Oleh sebab itu, carilah terapis yang mengerti kondisi anak tersebut. 

5. Gali informasi sebanyak mungkin.
Carilah informasi dan bacalah buku sebanyak mungkin untuk menambah pengetahuan tentang ASD dan homeschool, kemudian carilah bagian mana yang bisa diterapkan. Saat ini banyak sekali website yang dapat membantu membuka wawasan kita tentang homeschool bagi anak ASD.

6. Persiapkan field trip yang sesuai dengan anak.
Beberapa orang tua cenderung malu untuk membawa anak yang berkebutuhan khusus keluar rumah. Mereka tidak mau anak mereka disepelekan saat keluar rumah. Tetapi aktivitas keluar rumah dapat menjadi sarana untuk anak-anak ini belajar. Keuntungan dari homeschool adalah kita dapat pergi kemana saja dan kapan saja dan mengubah perjalanan menjadi pengalaman belajar si anak karena dunia adalah ruang kelas mereka. Belajar matematika saat mereka berbelanja di supermarket, belajar mengenal benda saat berjalan diluar, belajar mengenai keamanan dan navigasi di airport, dan sebagainya. Be creative :)

Semakin saya menggali informasi tentang ASD, semakin saya kagum kepada orang tua dari anak-anak ini. Walau beberapa metode pengajaran bagi anak ASD sama dengan anak-anak pada umumnya, tetapi dalam pelaksanaannya dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Orang tua harus mampu menyesuaikan ritme si anak, dan hal itu tidaklah mudah. 

Mengutip tulisan Alan Sohn Ed.d dan Cathy Grayson mengenai homeschool untuk anak-anak dengan ASD dan sindrom asperger, mereka mengatakan bahwa sekolah cenderung berfokus pada akademis. Sedangkan anak-anak ini sebetulnya memiliki kemampuan akademis yang baik. Bagi anak-anak ini, permasalahan dalam aspek kognitif, tingkah laku, sosial, dan perasaan akan menjadi hal-hal terpenting yang dipelajari mereka. Orang tua akan menjadi guru terpenting bagi anak-anaknya karena orang tualah yang menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak-anaknya, lebih daripada yang lain, dan juga karena anak-anak ini perlu mengaplikasikan kemampuan-kemampuan yang sesuai di dunia nyata, bukam hanya di dalam ruang kelas.

Menurut saya, anak ASD memerlukan homeschool bukan semata-mata untuk alasan akademik, tetapi lebih untuk mengembangkan diri mereka dalam lingkungan yang tingkat stresnya rendah dan lingkungan dimana mereka memerlukan dukungan secara emosional sehingga mereka dapat memaksimalkan diri mereka sesuai dengan rencanaNya. Walau akan menjadi perjalanan yang panjang, dengan segala keseruan dan kelelahannya, memilih homeschool akan menjadi suatu hal yang luar biasa bagi perkembangan anak-anak ini. 

Beberapa link yang dapat dibaca.

Note: Sindrom Asperger dan sindrom autis berbeda, tetapi saya memasukkan artikel di atas karena artikel tersebut menarik untuk dibaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar