Jumat, 30 September 2016

Homeschool untuk Anak Autis

Autism
Beberapa bulan lalu ada yang menghubungi saya dan bertanya tentang kurikulum untuk anak autis. Tidak lama setelah itu, saya pun dihubungi oleh teman yang lain yang mencari guru homeschool untuk anak autis. Hal ini membuat saya penasaran dengan topik ini. Saya pun mulai menggali informasi dan memelajarinya. Berikut hasil observasi saya mengenai autisme. Mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam pemilihan kata, tanpa maksud menyinggung siapapun.

Sekilas tentang Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang biasanya muncul pertama kali pada usia batita. Biasanya hal ini disebabkan oleh gangguan syaraf yang mempengaruhi fungsi normal otak, khususnya pada bidang kecakapan berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Itulah sebabnya kita terkadang melihat anak-anak ataupun orang dewasa yang dikategorikan autis biasanya susah dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal, berinteraksi sosial, serta susah dalam bermain. Perlu diingat bahwa autisme bukanlah penyakit, tetapi gangguan.

Autisme adalah salah satu dari lima gangguan di bawah payung Gangguan Perkembangan Pervasif (PDD), yaitu suatu kategori gangguan syaraf yang dicirikan oleh “kerusakan hebat dan besar pada beberapa bidang perkembangan.” Dan biasanya autisme sering disebut gangguan spektrum autisme atau autisme spectrum disorder(ASD). Mengapa spektrum? Kita tentunya tahu bahwa spektrum cahaya terdiri dari cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Berarti suatu cahaya tidaklah tunggal. Demikian juga dengan autisme. Tiap-tiap individu yang menderita autisme akan menunjukkan serangkaian perilaku yang berbeda-beda. Selain itu tingkat ringan atau beratnya pun berbeda-beda pula. Dengan kata lain tidak ada satupun penyandang ASD yang sama.

Apa saja sih ciri-ciri anak ASD?
- Senang dengan yang namanya konsistensi dan menolak perubahan.
- Sulit mengungkapkan apa yang dia inginkan, baik dengan kata-kata maupun dengan isyarat/
- Mengulangi kata-kata dengan memakai bahasa responsif yang normal.
- Lebih suka sendirian
- Mudah meledak-ledak (tantrum)
- Susah bergaul dengan orang lain
- Menghindari sentuhan fisik (seperti pelukan) dan tatap mata
- Susah menerima metode-metode pengajaran pada umumnya
- Sangat obsesif terhadap barang-barang tertentu
- Dapat sangat peka atau bahkan tidak peka terhadap rasa sakit
- Tidak punya rasa takut nyata akan bahaya
- Terkadang seakan tidak mendengar, walau hasil tes pendengarannya bagus.
- Kecakapan motorik halus/kasar yang tidak seimbang

Ciri-ciri penyandang autis
Tetapi ciri-ciri di atas bukanlah suatu hal yang pasti. Dan dengan penanganan yang tepat, gejala-gejala tersebut dapat berkurang ketika usianya dewasa. Tentunya menghadapi anak-anak seperti ini bukan hal yang mudah. Merawat anak autis menghabiskan banyak tenaga, kesabaran, emosi, dan juga biaya. Bahkan ada yang menuliskan biaya yang diperlukan untuk merawat seorang anak dengan ASD dapat mencapai puluhan milyar rupiah. 

Homeschool untuk penyandang ASD
Beberapa orang bertanya kepada saya mengenai pendidikan untuk anak ASD, khususnya untuk homeschool. Mereka bertanya karena selain biaya pendidikan untuk anak autis tidaklah murah, homeschooling untuk anak autis cukuplah masuk akal. Memang bukan berarti kalau homeschool berarti permasalahan selesai, dan kita tidak sepusing jika anak masuk sekolah. Tetapi setidaknya faktor merasa diterima dan dicintai itu akan lebih dirasakan oleh anak.

Sama seperti homeschooling bagi anak-anak lainnya, homeschooling bagi anak ASD adalah panggilan. Jika orang tua tidak merasa mendapat panggilan untuk melakukannya, maka saat bertemu permasalahan, yang mungkin lebih besar daripada yang dialami orang tua homeschool lainnya, orang tua penyandang ASD ini akan lebih tertekan. Itulah sebabnya, homeschool adalah panggilan. Jika suami istri tidak sepakat atau tidak sehati, maka akan berat untuk melakukannya.

Dalam beberapa hal, homeschool untuk anak ASD mungkin sama dengan homeschool untuk anak pada umumnya. Tetapi dalam beberapa hal, homeschooling untuk anak ASD akan berbeda dengan anak homeschool lainnya. Beberapa keuntungan homeschool untuk penyandang ASD adalah:
1. Ikatan antara orang tua dana anak akan lebih dalam. Dengan memegang anak mereka sendiri, maka orang tua akan lebih dapat menerima segala hal tentang si anak. Dan si anak akan lebih mengenal orang tuanya.
2. Karena kebutuhan anak-anak dengan sindrom ASD berubah mengikuti waktu dan kesehatan mereka, maka dengan homeschooling, cara pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan si anak. Hal ini dapat mengurangi tingkat kestressan si anak.
3. Untuk faktor biaya, tentu saja akan jauh lebih murah jika anak diajar sendiri daripada masuk ke sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Walau saya kurang tahu pasti berapa kisaran biayanya, tetapi beberapa orang yang bertanya kepada saya mempertimbangkan homeschool, baik dengan guru datang ataupun orang tuanya yang mengajar, karena faktor biaya ini.
4. Untuk faktor sosialisasi, kita dapat memilih sendiri cara sosialisasi yang sesuai dengan kebutuhan penyandang ASD.

Cara mengajar dan Alat Bantu
Karena beberapa anak-anak ASD mempunyai kesulitan dengan masalah bahasa, terkadang pikiran mereka tidak mampu untuk memroses kata-kata baik secara tertulis ataupun lisan, maka alat bantu akan sangat membantu anak-anak ini. Anak-anak ASD memroses informasi melalui apa yang mereka lihat. Flash card salah satunya. Dengan flash card yang ada gambar dan tulisan yang menerangkan gambar tersebut akan sangat membantu dalam mengajar.  
Sama seperti anak-anak akan lebih cepat menangkap konsep matematika melalui alat peraga, the more the merrier, maka alat peraga akan sangat membantu saat mengajarkan matematika pada penyandang ASD. Permainan edukasi, software edukasi, akan membantu karena penyandang ASD menikmati komputer, seni dan musik. 
Bagaimana dengan membaca? Anak-anak ASD mempunyai kelemahan dengan yang namanya kemampuan linguistik. Oleh sebab itu, metode membacanya pun tidak seperti anak pada umumnya. Saat melatih anak membaca, perkenalkanlah anak dengan buku yang cukup menarik seperti buku yang ada suaranya, buku yang dapat diraba (feel and touch book) ataupun buku dengan gambar. Mintalah anak untuk menunjukkan gambar dan nama benda yang ada. Sangat disarankan untuk membaca buku yang sama berkali-kali selama beberapa hari (pengulangan bagi si anak) sebelum berganti kepada cerita yang baru. 
Karena penyandang ASD mempunyai respon yang baik terhadap musik, maka mengajar dengan menggunakan lagu sangat membantu. 

Aspek berkomunikasi dan bersosialisasi
Kebanyakan anak ASD mempunyai kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Beberapa diantara mereka tidak mampu untuk berbicara ataupun menulis. Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk dapat membaca bahasa tubuh mereka agar kita mengerti apa yang sedang mereka ingin ungkapkan. Buatlah daftar dengan menggunakan gambar agar mereka tahu mana tindakan yang sesuai dan yang kurang sesuai. Dan saat anak berperilaku yang baik, berikanlah reward pada anak tersebut. 
Bagaimana dengan kemampuan bersosialisasi? Anak-anak ASD agak susah bersosialisasi. Salah satu artikel yang saya baca menyarankan agar orang tua mencoba mendemonstrasikan cara bersosialisasi yang benar. Misalkan dengan boneka tangan. Boneka tangan dapat menarik minat anak dan secara umum mudah digunakan. Selain itu, ajaklah anak melihat video dan mendengarkan cerita yang mengajarkan tentang moral dan karakter.

Aspek Motorik
Seperti anak-anak pada umumnya, melatih kemampuan motorik merupakan hal yang penting. Aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan motorik halus dapat dilakukan di rumah dan disesuaikan dengan kebutuhan. Sedang untuk kegiatan motorik kasar, hal ini merupakan hal yang sangat penting bagi anak-anak ASD dan perlu dilakukan rutin setiap hari. Orang tua dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang sederhana di rumah seperti main lempar tangkap bola (melatih koordinasi mata dan tangan), berjalan di atas titian, dan sebagainya. Selain itu, orang tua juga dapat memasukkan anak-anak ASD ke dalam club olahraga yang sesuai dengan minat anak-anak ini seperti renang, futsal, gymnastic, dan sebagainya. 

Pemilihan Kurikulum
Beberapa hari lalu saya sempat bertemu teman si papa yang ternyata anaknya juga homeschooling. Cerita punya cerita, si teman papa ini bercerita bahwa salah satu sahabat mereka juga memilih homeschool untuk anaknya karena anaknya autis dan ternyata bagus sekali hasilnya. Kurikulum yang dipakai sama dengan kurikulum yang dipakai anak-anak homeschool lainnya, hanya saja perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan si anak dan kesabaran orang tua. Dan menurut saya, kurikulum memang membantu dalam mengajar. Tetapi kurikulum apapun yang dipakai akan menjadi berguna jika pengajarnya yaitu orang tuanya menaruh hati pada anaknya dan rela untuk mengajar anaknya.
Bagaimana dengan waktu belajarnya? Waktunya lebih fleksibel dibanding di sekolah. Sesuaikan dengan si anak, ada yang suka di pagi hari, ada yang suka di sore hari, dan ada juga yang perlu banyak jeda selama belajar. Tetapi usahakan sebisa mungkin konsisten dengan jadwal yang ada. 

Tips dalam melaksanakan homeschool bagi ASD.
1. Sediakan buku catatan atau jurnal.
Jurnal membantu kita untuk mencatat dan mendokumentasikan perkembangan anak, apa yang harus ditingkatkan, bagian apa yang menjadi kekuatannya, apa yang membuat dia stres dan sebagainya. Dengan adanya jurnal, saat harus menemui terapis pun kita dapat mengkonsultasikan kendala-kendala yang ada. 
Dengan adanya jurnal ini, kita dapat memeriksa apakah yang kita lakukan dengan si anak sudah berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan kita memilih homeschool bagi mereka, apakah tujuan kita visible, dan sebagainya.

2. Cari komunitas, baik komunitas homeschool maupun komunitas untuk anak-anak autis.
Komunitas adalah hal yang penting, bukan hanya untuk anak belajarbersosialisasi, tetapi untuk orang tuanya. Dengan adanya komunitas, maka orang tua mendapatkan tempat untuk saling mendukung. 

3. Persiapkan ruangan yang sesuai.
Sebaiknya ada satu bagian di rumah yang dikhususkan sebagai ruang kelas mereka. Tujuannya adalah untuk meminimalkan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi selama belajar sehingga pengajar dan anak tetap fokus selama proses belajar. Jika memungkinkan, selain kursi dan meja yang aman bagi anak, sediakanlah papan tulis dan juga lemari buku. 

4. Carilah terapis yang tepat untuk membantu memantau perkembangan si anak.
Homeschool bukan berarti orang tua harus menjadi orang tua yang super dan bukan berarti anak-anak ASD ini tidak membutuhkan terapis. Mungkin ada orang tua yang dapat melakukan sendiri, tetapi ada juga terapi-terapi yang membutuhkan alat atau sarana tertentu. Oleh sebab itu, carilah terapis yang mengerti kondisi anak tersebut. 

5. Gali informasi sebanyak mungkin.
Carilah informasi dan bacalah buku sebanyak mungkin untuk menambah pengetahuan tentang ASD dan homeschool, kemudian carilah bagian mana yang bisa diterapkan. Saat ini banyak sekali website yang dapat membantu membuka wawasan kita tentang homeschool bagi anak ASD.

6. Persiapkan field trip yang sesuai dengan anak.
Beberapa orang tua cenderung malu untuk membawa anak yang berkebutuhan khusus keluar rumah. Mereka tidak mau anak mereka disepelekan saat keluar rumah. Tetapi aktivitas keluar rumah dapat menjadi sarana untuk anak-anak ini belajar. Keuntungan dari homeschool adalah kita dapat pergi kemana saja dan kapan saja dan mengubah perjalanan menjadi pengalaman belajar si anak karena dunia adalah ruang kelas mereka. Belajar matematika saat mereka berbelanja di supermarket, belajar mengenal benda saat berjalan diluar, belajar mengenai keamanan dan navigasi di airport, dan sebagainya. Be creative :)

Semakin saya menggali informasi tentang ASD, semakin saya kagum kepada orang tua dari anak-anak ini. Walau beberapa metode pengajaran bagi anak ASD sama dengan anak-anak pada umumnya, tetapi dalam pelaksanaannya dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Orang tua harus mampu menyesuaikan ritme si anak, dan hal itu tidaklah mudah. 

Mengutip tulisan Alan Sohn Ed.d dan Cathy Grayson mengenai homeschool untuk anak-anak dengan ASD dan sindrom asperger, mereka mengatakan bahwa sekolah cenderung berfokus pada akademis. Sedangkan anak-anak ini sebetulnya memiliki kemampuan akademis yang baik. Bagi anak-anak ini, permasalahan dalam aspek kognitif, tingkah laku, sosial, dan perasaan akan menjadi hal-hal terpenting yang dipelajari mereka. Orang tua akan menjadi guru terpenting bagi anak-anaknya karena orang tualah yang menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak-anaknya, lebih daripada yang lain, dan juga karena anak-anak ini perlu mengaplikasikan kemampuan-kemampuan yang sesuai di dunia nyata, bukam hanya di dalam ruang kelas.

Menurut saya, anak ASD memerlukan homeschool bukan semata-mata untuk alasan akademik, tetapi lebih untuk mengembangkan diri mereka dalam lingkungan yang tingkat stresnya rendah dan lingkungan dimana mereka memerlukan dukungan secara emosional sehingga mereka dapat memaksimalkan diri mereka sesuai dengan rencanaNya. Walau akan menjadi perjalanan yang panjang, dengan segala keseruan dan kelelahannya, memilih homeschool akan menjadi suatu hal yang luar biasa bagi perkembangan anak-anak ini. 

Beberapa link yang dapat dibaca.

Note: Sindrom Asperger dan sindrom autis berbeda, tetapi saya memasukkan artikel di atas karena artikel tersebut menarik untuk dibaca.

Jumat, 23 September 2016

Cooking: Donat Kentang

Donat Kentang
Donat merupakan makanan 'wah' dan langka yang dimakan anak-anak. Bisa dihitung jari, anak-anak makan donat hanya saat sepupu mereka yang dari luar datang atau terkadang saat sedang ada promo setahun sekali. Kenapa saya dan suami jarang membelikan anak-anak donat? Donat yang dijual menurut kami sangat manis. Donatnya sendiri sudah manis, belum topingnya. Yang ada, anak-anak tambah kayak cacing kepanasan setelah makan, wong belum makan yang manis-manis aja mereka sudah kayak cacing kepanasan.

Untuk mengatasi rasa norak mereka dengan donat, maka saya mencoba mencari resep donat. Awalnya iseng mencari resep gluten free. Namun karena tidak menggunakan ragi, donatnya tidak seempuk biasanya. Beberapa minggu kemudian, salah seorang murid saya (yang sudah seperti adik sendiri) yang lagi senang memasak memasukkan resep donat kentang di cookpad. Akhirnya saya pun mencoba resep ini, dengan sedikit modifikasi tentunya. Hasilnya memuaskan, dan yang lebih seru lagi adalah melihat Duo Lynns membentuk donat-donat ini. Dari yang segede bagong sampai ada yang kecil kayak kelereng.

Bahan-bahan:
- 200 gram kentang
- 500 gram tepung terigu serba guna
- 50 gram susu bubuk full cream
- 25 gram gula halus (aslinya 100 gram)
- 1 sachet (11 gram) fermipan
- 4 kuning telur
- 100 ml air dingin
- 1/4 sdt garam
- 75 gram mentega

Kenapa saya mengurangi gulanya? Karena nanti kan dikasi toping lagi, jadi terbayang manisnya kalau gulanya full, dan memang saya bukan penggemar manis. Mungkin karena sudah manis =))
Tetapi bagi penggemar gula, boleh juga kasi full gulanya :)

Langkah-langkahnya:
1. Kupas kentang, rebus sampai matang dan tiriskan. Setelah itu haluskan sampai lembut. 
2. Masukkan tepung terigu, susu bubuk, gula halus, fermipan, kuning telur dan air dingin ke dalam wadah. Campur semuanya jadi satu sampai rata. Kalau bahasa tukang bikin kue, sampai adonan tadi jadi kalis, yang berarti sampai adonannya elastis dan tidak lengket di tangan.
3. Setelah itu masukkanlah mentega dan garam. Aduk lagi sampai kalis.
4. Tutuplah adonan tadi dengan cling wrap atau serbet basah. Biarkan kurang lebih 30 menit. Setelah 30 menit, dan adonan sudah mengembang, pukullah sehingga kempes lagi (bagian yang kami suka adalah meninju adonan tadi).
5. Ambil sedikit bagian adonan tadi, kemudian bentuk sampai bulat (seperti main playdough). Semakin besar tekanannya, maka bentuk bulatnya akan padat dan bagus, tetapi memang susah untuk anak-anak. Bagian ini biasanya seru, karena anak-anak sibuk mengambil dan membentuk sesuai yang mereka mau. Ada yang besarnya seperti telur ayam, telur puyuh,dan telur dinosaurus =))
6. Setelah itu, bolongi tengahnya dengan jari telunjuk tangan kanan, kemudian masukkan jari telunjuk tangan kiri di dekat jari telunjuk kanan, dan putar-putarlah kedua jari telunjuk di bagian tengah sampai membentuk lobang yang bentuknya bagus. Kalau adik tidak mau adonannya dilobangi, jadi tetap bulat-bulat.
7. Setelah itu, tutupi dengan serbet atau cling wrap dan tunggu 20 menit lagi. Kali ini kami tutup dengan cling wrap sehingga anak-anak dapat melihat proses donat mengembang. Nantinya lubang donat akan mengecil. Saat akan menggoreng, saya suka membuka lagi supaya lubangnya terlihat lagi.
8. Goreng donat sampai kecoklatan. Saya menggunakan panci kecil untuk menggoreng, supaya donatnya terendam minyak. Angkat dan tiriskan.
9. Setelah itu, berikan toping yang diinginkan. Adik menggunakan gula halus, kakak menggunakan selai kacang dan selai strawberry. Kalau lebih seru lagi, donat di belah menjadi dua bagian, dan diberi cream cheese. Hmmm ...Yummy
Atas: donat yang mengembang sampai tengahnya tertutup.
Bawah: adonan siap untuk digoreng.
Tips:
- penggunaan air dingin membantu supaya ragi yang digunakan dapat bekerja dengan baik. Kalau airnya agak hangat malah membuat salah satu komponen dalam ragi menjadi aktif dan adonan jadi tidak mengembang dengan sempurna. Oleh karena itu, biasanya saya ambil es batu yang banyak, dan masukkan ke dalam air sedikit, kemudian menunggu es batu meleleh dan ambil air dingin tersebut sesuai yang diinginkan.
- Penggunaan serbet basah membantu ragi bekerja dalam kondisi yang lembab. Andai tidak ada serbet basah, dan menggunakan cling wrap, adonan tetap akan mengembang. 
- Jangan letakkan adonan di bawah AC yang menyala. AC yang menyala menyebabkan kelembapan kurang, maka adonan akan lama mengembang atau tidak mengembang dengan sempurna.
- Kalau mau bentuknya sama semua, maka timbanglah adonan dan bagi sesuai yang kita mau. Saya biasanya melakukan ini kalau mau membuat roti goreng, tetapi karena ini aktivitas untuk anak-anak, jadi tidak saya timbang.
- Untuk membuat adonan yang tidak crack, saat membuatnya bulat harus diberi tekanan sedikit. Jadi bentuk donatnya akan mulus.Untuk anak-anak ini akan susah, karena mereka biasanya mau buru-buru.

Hasilnya bagaimana? Enak sekali, loh....Thanks to my lovely sister yang sudah membagikan resepnya. Sambil menikmati hasil karya mereka, Duo Lynns menyanyikan Donuts song. Walaupun hasilnya tidak sesempurna kalau kita buat sendiri, tapi di satu sisi anak-anak belajar menikmati hasil karya mereka (selalu sih).
Atas: donat karya adik yang agak kelamaan digorengnya.
Bawah: donat dengan gula halus dan selai kacang (sampai lubangnya tertutup).

Sabtu, 17 September 2016

Mari Bermain dengan Telur dan Cuka

Eksperimen kali ini berhubungan dengan telur. Awalnya pelajaran kakak adalah tentang hewan yang berasal dari telur. Lalu kakak diminta untuk menetaskan telur. Tetapi resikonya adalah kami akan memiliki anak ayam. Berhubung mamanya tidak mau mempunyai anak ayam, maka mamanya mulai mencari aktivitas lain yang berhubungan dengan telur. Untuk proses dari telur menjadi ayam kan bisa didapatkan dari youtube (bersyukurnya saya dengan kemajuan zaman sekarang).
Akhirnya kami mencoba eksperimen antara telur dan cuka. Tujuannya adalah agar anak-anak belajar mengamati apa sih yang terjadi jika telur bertemu dengan cuka.

Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Telor ayam yang masih mentah, saya cari yang ukuran sedang. 
2. Cuka masak. 
3. Botol kaca, saya pakai botol bekas selai. 
Atas: Bahan-bahan yang dipakai. Bawah: Saat telur dimasukkan ke dalam larutan cuka.
Prosesnya gampang kok, mom. Tinggal masukan telur ke dalam botol kaca, lalu tuang cuka sampai telur terendam cuka.  Kalau kemarin saya menggunakan 1 botol cuka. Setelah itu, tutuplah botol tersebut. Hal yang dilakukan hanyalah mengamati telur tersebut dalam 2 x 24 jam (tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya telur itu baru saya keluarkan setelah 3 x 24 jam). Dan ternyata bukan cuma anak-anak yang semangat melihat telur, tetapi oma opanya juga =)) 
Apa saja sih hasil pengamatan anak-anak? 

Day 0:
Saat dimasukkan, muncul gelembung-gelembung di sekitar telur. Beberapa jam kemudian, di bagian permukaan timbul warna coklat. Dari manakah itu? Warna coklat itu timbul dari warna coklat pada telur. Kalau kata opa, ternyata warna coklat pada kulit telur bisa luntur. 
Kiri: Muncul gelembung-gelembung di sekitar telur. Kanan: warna cokelat muncul dari warna kulit telur.
Day 1: 
Setelah lewat 24 jam pertama, telur yang tadi dimasukkan  semakin membesar. Dan warnanya mulai pudar. Bagaimana dengan gelembungnya? Gelembung-gelembungnya masih ada di sekitar telur, tetapi tidak sebanyak kemarin. 
Kiri: hari ke 1. Kanan: Hari ke 3.
Day 2: 
Warna telur menjadi putih dan Gelembung-gelembungnya masih ada sedikit. Ukuran telur tetap besar, tidak berkurang. (lalu karena kami pergi seharian dan kami lupa mengeluarkan telur dari cuka). 
Kiri: saat pertama kali dimasukkan. Kanan: setelah 3 hari.
Day 3:
Di hari ketiga, tidak ada gelembung pada telur. Tetapi saat botolnya dibuka, Duo Lynns segera kabur. Bau cukanya sangat menyengat. Tugas mengeluarkan telur pun menjadi tugas mamanya. Apakah yang terjadi? 
Atas: sebelah kiri adalah telur yang direndam cuka (kulit telur menghilang), sebelah kanan adalah telur yang masih utuh.
Bawah: Telur yang direndam cuka kulitnya hilang dan tampak kenyal.
Kulit telur menjadi hilang, dan telur menjadi kenyal. Dan jika kita sorot dengan senter, akan terlihat kuning telurnya. Adik iseng memencet telur tersebut (diiringi dengan teriakan mamanya, takut pecah). Walau lembek, ternyata tidak gampang pecah loh. Menarik bukan? 

Si papa pun bertanya apa yang akan terjadi jika dibelah? Akankah menjadi telur busuk atau masih seperti telur biasa? Ternyata setelah dibelah, dalamnya adalah seperti berikut. 
Atas: Telurnya ternyata jadi matang ya. Bawah: Pose norak bahagia Duo Lynns.
Seperti telur setengah matang bukan? Sayangnya tidak mungkin dimakan, karena sudah bau cuka. Saya jadi berpikir mungkin kalau direndam lagi satu atau dua hari lagi, sudah jadi telur matang. 

Bagi anak-anak, aktivitas ini membuat mereka belajar beberapa hal. 
1. Jika kulit telur direndam dalam cuka, akan timbul gelembung. Tidak demikian saat direndam air. 
2. Kulit telur akan terkikis jika direndam dalam cuka dalam jangka waktu yang lama. 
3. Cuka membantu proses pematangan telur. 
4. Telur yang direndam cuka lama kelamaan akan membesar.
5. Saat disinari dengan senter, maka akan terlihat jelas isi di dalamnya (karena kulitnya sudah hilang), bahkan bisa tembus cahaya.

Bagaimana dengan penjelasan ilmiahnya? Untuk anak kecil, cukuplah dibuat supaya dia tertarik dengan science dan tidak norak dengan yang namanya percobaan (walau pasti kalau ada yang baru tetap norak:D), Sedangkan untuk orang tua, berikut saya lampirkan sedikit informasi tambahan untuk orang tuanya, dalam bahasa yang sederhana, dan tidak perlu dijelaskan kepada anak-anak, kecuali anaknya sudah belajar kimia, hehehe. 

1. Kenapa ada gelembung? Gelembung yang muncul di kulit telur saat masuk ke dalam larutan cuka adalah karbon dioksida (CO2). Cuka yang biasa dijual di pasaran biasanya campuran dari 4% asam asetat dan 96% air. Sedangkan kulit telur mengandung kalsium karbonat. Jika kalsium karbonat bereaksi dengan asam asetat, maka akan terbentuk kalsium asetat plus air plus karbon dioksida. Karbon dioksida-nya berbentuk gelembung disekitar kulit telur tersebut. 
2. Kenapa telur dapat tampak tembus cahaya saat disinari senter? Padahal jika kita sinari telur biasa tidak akan mungkin terjadi hal yang sama. Jawabannya adalah karena kulit telurnya sudah hilang, habis bereaksi dengan asam asetat atau cuka yang ada. Lapisan yang tersisa adalah membran semipermeable.
3. Kenapa telur jadi membesar? Saat kulit telurnya mulai terkikis, maka cuka masak (yang 96% adalah air tadi) akan masuk melalui membran telur dengan tujuan untuk menyamakan konsentrasi air di kedua sisi membran (di luar membran konsentrasinya lebih encer dan di dalam membran lebih pekat). Proses mengalirnya air melalui membran semipermeable disebut osmosis.
4. Kenapa telurnya jadi setengah matang? Ternyata cuka membantu mengentalkan protein di dalam putih telur. Inilah alasan kenapa orang-orang yang mau membuat poached egg meneteskan cuka dalam air. (note: poached egg adalah telur ceplok yang dimasak dengan sedikit air atau sebagian orang menyebutnya telur ceplok rebus).

Apakah setelah percobaan anak-anak langsung mengerti konsep kimianya? Belum tentu. Tetapi melihat telur dengan cara yang lain merupakan hal yang menyenangkan bagi mereka. Hmm....jadi kepingin mencoba kalau airnya berwarna. Apakah hasilnya akan sama seperti percobaan ini ya :)

Rabu, 07 September 2016

Yuk, Bereksperimen Dengan Es Batu


Bersyukurnya saya mempunyai banyak teman yang baik hati yang suka mengirimkan aktivitas-aktivitas yang menarik. Akhirnya saya pun penasaran untuk mencobanya juga, apalagi aktivitasnya lumayan menarik. Kali ini kami bermain dengan es batu. Selain bahannya mudah dibuat, setiap peralatan yang digunakan ada di sekitar kami semuanya.

1. Bermain dengan minyak dan es batu.
Aktivitas ini bertujuan untuk membuat anak melihat bahwa minyak dan air tidak dapat bersatu. Walaupun saat kakak berumur 3 tahun kami pernah membuat perahu kertas yang tidak tenggelam di air karena perahunya telah diberi crayon, tetapi bermain dengan es batu akan membuat aktivitas ini lebih menarik. Yang diperlukan adalah cetakan es batu, pewarna makanan, air dan minyak. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. cetaklah es batu yang berwarna-warni. Kalau saya kemarin satu tempat cetakan es batu diisi dengan air yang dicampur dengan pewarna makanan. Setelah beku, pindahkan ke wadah kering.
2. Tuanglah minyak sayur ke dalam wadah yang lain.
3. Masukkan es batu warna warni ke dalam minyak tersebut.
Atas: es batu warna-warni, Kanan: minyak goreng.
Bawah: es batu warna-warni di dalam minyak.
Apa yang terjadi setelahnya? Es batu tersebut akan mulai mencair. Tetapi warna yang ada tidak menyatu dengan minyak yang ada. Bahkan sesama warna pun tidak menyatu loh. Pelan-pelan es batu yang tersisa mulai memudar warnanya. Hal ini bukan karena pewarna makanan larut, tetapi es batu yang terlapisi minyak membentuk lapisan lemak. Hmm...bisa dibayangkan kalau kita makan makanan yang berminyak dan minum minuman dingin, berapa banyak lapisan lemak yang ada di perut kita :D
Atas: warna yang keluar dari es batu tidak dapat bercampur dengan minyak.
Bawah: es batu yang terlapisi minyak membentuk lapisan lemak.
2. Es Batu dan Magnet
Aktivitas ini dilakukan setelah anak-anak belajar mengenai magnet dan medan magnet (dalam bahasa yang sederhana untuk anak-anak tentunya). Kali ini kami mencoba mengobservasi medan magnet dengan es batu. Yang diperlukan adalah magnet (kalau ada yang besar akan lebih bagus), klip kertas, cetakan es batu, dan air. Saat membuat es batu, masukkan klip kertas ke dalam cetakan es batu. Setelah itu tuang dengan air dan biarkan hingga membeku.

Setelah membeku, pindahkan es batu yang sudah beku ke dalam wadah. Dekatkan magnet ke es batu yang ada dan amatilah yang akan terjadi. Es batu tersebut akan menempel ke magnet. cobalah untuk menggeser magnetnya, maka es batu yang terdekat akan mencoba mengikuti dan menempel ke magnet.
Kiri atas: klip besi di dalam es batu.
3. Membuat kristal dengan garam
Aktivitas ini membutuhkan kesabaran, tetapi hasil yang didapatkan sungguh menarik. Yang diperlukan adalah bongkahan es batu (saya membekukan air di dalam kotak es krim yang besar), garam, dan pewarna makanan. Pertama, letakkanlah bongkahan es tersebut di dalam wadah. Kemudian taburkanlah garam  yang lumayan banyak diatasnya. Setelah itu teteskan perwarna makanan di atas taburan garam tersebut.
Atas: es batu. Kiri bawah: es batu yang ditaburi garam.
Kanan bawah: setelah ditetesi pewarna makanan.
Apa yang akan terjadi? Awalnya warna yang ada akan mulai meresap. Kalau pilihan warnanya seperti warna pelangi, maka resapannya akan lebih cantik, seperti pelangi. Lama kelamaan, jika dilihat lebih dekat, es batu yang terkena garam akan berlubang. Dengan kata lain, garam membantu proses pencairan. Saya jadi teringat di negara 4 musim, garam sangat berguna untuk membantu mencairkan es batu yang berada di jalanan. Jika diamati lebih lanjut lagi, maka dibagian es yang bolong akan ada resapan warnanya. Karena lama proses pencairan, maka kami sempat meninggalkan es batu ini. Saat kami kembali, kurang lebih 1 jam setelahnya, maka akan terbentuk kristal es yang cantik. Menarik bukan?
Kiri atas: warna yang semakin meresap ke sekelilingnya.
Kiri bawah: bagian es yang terkena garam akan lebih cepat bolong.
Kanan atas: resapan warna sampai ke bagian bawah es batu.
Kanan bawah: kristal yang tersisa.
Eksperimen-eksperimen di atas dapat melatih anak untuk mengobservasi setiap perubahan-perubahan yang terjadi. Mereka belajar untuk memberitahukan apa yang terjadi dan melihat proses dari suatu perubahan. Tips tambahan yang dapat dilakukan adalah jangan lupa mengalasi tempat eksperimen dengan koran yang tidak terpakai atau plastik, supaya airnya tidak kemana-mana :D




Jumat, 02 September 2016

Review Mengenai Science ABEKA

Discovering God's world.
Science atau ilmu pengetahuan alam merupakan materi yang saya sukai saat saya masih kecil. Yang saya ingat, pelajaran IPA baru mulai dipelajari saat saya menginjak kelas tiga SD. Ternyata sekarang IPA sudah didapatkan anak-anak dari kelas satu. Berhubung saya suka dengan IPA, maka saya berusaha mencari buku pelajaran IPA yang menarik untuk anak-anak. Dimulailah dengan searching membandingkan kurikulum satu dengan yang lainnya, dilanjutkan dengan pergi ke rumah teman yang anak-anaknya homeschool juga dan melihat buku-buku mereka. Akhirnya pilihan kami jatuh pada ABEKA. 

Buku Science ABEKA grade 1, Discovering God's world, merupakan buku pelajaran yang colorful yang dirancang untuk menstimulasi keingintahuan anak-anak terhadap science melalui pembelajaran ciptaan Tuhan yang luar biasa. Dengan demikian tujuan pembelajaran science di level ini bukanlah untuk mengajarkan istilah-istilah, tetapi untuk membuka pintu kepada hal baru. Pantas saja saat saya mengorder buku-buku, kuis atau essay hanya ada pada kelas tiga atau kelas empat keatas.  

Apa sih yang membuat saya jatuh hati dengan Science ABEKA?
1. Dimulai dengan perspektif bahwa segala ciptaan Tuhan itu begitu ajaib, anak-anak diajak untuk melihat satu persatu hal-hal yang berhubungan dengan ciptaan Tuhan. Di sini anak-anak diajak untuk memahami science sebagai pemahaman terhadap kebesaran alam yang ada yang membuat mereka menyadari semua ini diciptakan oleh Tuhan. Dalam beberapa bahasan dilengkapi dengan ayat Alkitab yang menunjang bahasan yang ada. 

2. Buku ini  begitu menarik untuk anak-anak sehingga anak-anak bisa belajar mandiri, setelah itu kita bisa mulai bertanya ini-itu yang berhubungan dengan bahasan yang mereka baca. Bagi saya ini membantu, karena si adik sudah mulai belajar. Jadi si kakak akan membaca terlebih dahulu, setelah selesai baru kami membahas bersama (adik juga ikut tentunya).

3. Dilengkapi dengan vocabulary yang dianggap agak susah untuk diucapkan oleh anak-anak kelas satu. Jadi anak-anak dapat melihat vocabulary-nya (bacakan terlebih dahulu jika memang susah) dan anak juga dapat diminta untuk menebak berapa syllable (suku kata) yang ada pada kata tersebut.

4. Adanya teacher guide yang membantu kita untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang ada di buku. Teacher guide ini dijual terpisah, dan jauh lebih mahal dari buku pelajarannya, dan berformat sama seperti buku pelajaran. Jadi lumayan memudahkan saat mengajar. Kita tinggal membuka halaman yang sama dengan si anak dan melihat petunjuk yang ada di bagian belakang.
Kiri: jawaban yang ada di teacher guide. Kanan: lengkap dengan ayat dan vocabulary.
5. Adanya hands-on-activity membantu anak belajar mengobservasi setiap percobaan dan juga aktivitas yang ada. Jadinya anak diajak untuk berpikir kritis dengan setiap percobaan yang ada. Selain aktivitas yang ada di buku anak-anak, ada juga aktivitas tambahan yang terdapat di buku teacher guide. Kita dapat memilih aktivitas yang sesuai dengan yang kita inginkan. 
Alat peraga yang dibuat saat anak-anak belajar mengenai suara dan telinga
Salah satu contoh yang dapat saya berikan adalah saat kami mempelajari angin sebagai udara yang bergerak. Salah satu tugasnya adalah membuat pinwheel atau kincir angin dari kertas. Angin dapat membuat pinwheel berputar. Semakin besar daya tiupnya, semakin cepat pinwheel berputar. Bahkan untuk membuktikan angin adalah udara yang bergerak, anak-anak mencoba membawa pinwheel saat mereka berjalan biasa. Dan memang ternyata pinwheel pun berputar karena adanya udara yang bergerak saat mereka berjalan. Jadi aktivitasnya pun diambil dari kegiatan kita sehari-hari dan bahan-bahan yang mudah dicari.
Pinwheel sederhana untuk belajar angin.
Bagaimana dengan kekurangan dari Science ABEKA? Ternyata kelebihan mereka juga dapat merupakan kekurangan mereka. Dengan adanya begitu banyak pilihan aktivitas tambahan, terkadang merupakan beban bagi beberapa orang tua. Selain itu sebelum mengajar, si pengajar harus melihat dulu materinya, sehingga dapat mempersiapkan bahan-bahan untuk aktivitas yang ada. Tentunya bagi orang tua yang maunya sebisa mungkin tidak usah repot saat mengajar anak, kalau bisa yang ada hanya bacaan saja, hal ini merupakan kekurangan dari Science ABEKA. Bahkan di negara aslinya sendiri, kurikulum ABEKA lumayan memberatkan orang tua (karena banyaknya aktivitas yang ada).

Tetapi bagi saya, hands-on-activity membuat pelajaran menjadi semakin menarik. Bahkan saat kakak belajar Science, adik juga mau ikut tahu. Mungkin karena semua masih berbentuk cerita dan aktivitasnya juga seru. Walau terkadang saya juga menyiasati dengan aktivitas lain, jika aktivitas yang ada terlihat tidak visible bagi kami.


Percobaan dengan telur.
Bagaimana dengan Science dari kurikulum lainnya? Apakah ABEKA adalah yang terbaik? Bagi kami, kurikulum itu hanyalah alat, jadi sebaiknya disesuaikan dengan keadaan pembelajaran masing-masing keluarga. Ya sejauh ini, kami cukup puas dengan bahan yang ada :)  

Kamis, 01 September 2016

Membuat Pinwheel atau Kincir Angin Kertas

Pinwheel
Pinwheel merupakan mainan yang rasanya disukai semua orang. Ternyata mainan yang sederhana ini dapat membantu anak untuk mempelajari science loh. Melalui pinwheel anak-anak belajar tentang angin sebagai udara yang bergerak. Anak-anak diajak untuk mengamati apakah yang terjadi dengan pinwheel saat mereka berjalan atau berlari saat memegang pinwheel. Angin dapat membuat pinwheel berputar. Semakin besar daya tiupnya, semakin cepat pinwheel berputar. Ternyata pinwheel pun berputar karena adanya udara yang bergerak saat mereka berjalan. Saat mereka berlari, pinwheel mereka pun berputar lebih cepat. Dari sini mereka belajar memahami definisi angin.
Nah, bagaimana cara  membuatnya?

Bahan-bahan:
1. Kertas origami, sebaiknya depan belakang berbeda warnanya. 
2. Pensil, lebih mudah jika pensil ada penghapus di bagian atas. 
3. Paku payung.

Langkah-langkah:
1. Lipatlah kertas origami secara diagonal sehingga berbentuk segitiga. 
2. Dari bentuk segitiga yang ada, lipat kembali menjadi bentuk segitiga yang lebih kecil. Setelah itu bukalah kertas yang sudah dilipat tadi. 
3. Guntinglah bagian yang ada lipatannya, kurang lebih 4/5 bagian dari garis yang ada. Sisakan sedikit bagian yang dekat dengan pusat.
4. Tekuk ujung-ujung sisi yang telah digunting dan tempel di bagian tengah. 
5. Tusuk bagian tengah tadi dengan paku payung lalu tusukkan ke bagian pensil yang ada penghapusnya. 


Mudah bukan? Bahkan jika dibuat pola, dapat juga berbentuk seperti flower pinwheel.  
Flower Pinwheel