Jumat, 03 Juni 2016

Pelayanan Anak Batita

Pelayanan Anak Batita
Berurusan dengan balita atau bahkan batita memang bukan hal yang mudah. Apalagi kalau ngomongnya masih belum jelas. Dan seperti anak-anak pada umumnya, yang namanya mood itu memegang peranan dalam tingkah laku mereka. Belum lagi yang namanya belum bisa fokus, jadi diminta buat a yang dibuat b (bahkan bisa jadi z), hobi ngeyelnya, dan hal-hal lain yang dapat membuat kita pusing kepala.

Mengajar batita dan balita pun juga tidak mudah. Harus panjang sabar pula. Satu anak saja sudah menyita tenaga, apalagi banyak anak. Saya pun mengalaminya. Nah, bagaimana mengajar anak-anak ini, khususnya di sekolah minggu yang hanya bertemu maksimal 2 jam tetapi harus memberikan dampak yang membangun anak-anak ini? Berdasarkan pengalaman dan artikel yang saya baca, ada beberapa tips yang dapat digunakan saat berhubungan dengan anak-anak batita ini.

1.  Ciptakan atau adaptasikan lingkungan
Ruang kelas yang aman dan sesuai dengan umur yang dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi dan belajar adalah suatu permulaan yang baik. Lingkungan batita harus melingkupi area central group (area yang nyaman untuk membaca buku), area motorik kasar (dengan matras dan ruang lingkup yang memadai untuk bermain mainan), area blocks (blocks dan truk yang aman untuk batita), area bermain peran, dan area sensori (alat musik, botol yang berisi beras, pasta, dsb). Pastikan setiap mainan sesuai dengan umur anak-anak yang berada di kelas tersebut dan tidak membahayakan anak-anak (tidak mudah ditelan) dan rotasi mainan secara berkala.

Sebagai tambahan, perhatikan juga furniture yang digunakan, termasuk kotak atau lemari penyimpanan barang anak-anak, meja dan kursi yang sesuai dengan tinggi si anak (meja dan kursi kecil), tempat penyimpanan snacks dan minuman, dan area display dan penyimpanan keperluan untuk craft. Jangan lupa untuk memeriksa perbandingan jumlah anak di dalam kelas dengan pengajar di kelas dan luas ruangan yang sepadan dengan jumlah orang yang akan berada di dalam kelas. Pastikan bahwa kita memiliki data dari setiap anak di kelas kita dan pastikan kita dapat mengontak orang tua anak-anak ini jika dibutuhkan. Lalu, pastikan juga ada perencanaan (check list) untuk menjaga kebersihan ruangan dan juga mainan (mencuci mainan secara berkala).

2.   Sediakan rencana pembelajaran yang sesuai dengan umur mereka
Tidak ada kata terlalu kecil untuk mengenal tentang Tuhan. Oleh sebab itu kita, sebagai pelayan anak yang ada di kelas, mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengenalkan firman Tuhan kepada anak-anak ini. Oleh sebab itu, saat membuat rencana pembelajaran untuk batita, temukan rutin kelas yang sesuai dengan kelas dan jangan diubah-ubah. Mengapa? Karena batita suka dalam hal yang berbau rutinitas. Walau kita sebagai kakak sudah bosan, tetapi anak-anak semakin menyenanginya karena mereka merasa mereka tahu step selanjutnya.  Sisipkanlah waktu untuk anak-anak bermain di dalam jadwal yang ada. Dampingi mereka saat bermain, amatilah anak-anak dan terlibatlah dalam bermain.
Saat bernyanyi, buatlah gaya untuk setiap lagu yang ada. Anak-anak suka sekali dengan yang namanya gerakan. Dan gerakan ini juga mempermudah mereka menghapal lagu yang ada. 

3. Berinteraksilah dengan batita pada level mereka.
Komunikasi dengan batita memang gampang-gampang susah (atau susah-susah gampang). Bahkan sebagian batita belum dapat berbicara dengan jelas untuk mengutarakan maunya mereka. Saat berbicara dengan batita, usahakanlah untuk berbicara pada level mata mereka. Berbicaralah dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak. Jangan terlalu puitis ataupun terlalu berat bahasanya. Bantulah mereka untuk membahasakan apa yang mereka lakukan, seakan kita sedang memberikan komentar terhadap aktivitas mereka atau memberikan narasi terhadap aktivitas mereka. Misal, si anak sedang bermain blocks. Kita bisa berkata, ini lagi buat rumah ya, oh ini pintunya, oh jendelanya yang mana. Ini membantu anak-anak untuk berlatih berkata-kata juga.
Karena anak batita terkadang belum jelas ngomongnya, maka mereka terkadang susah untuk mengutarakan isi hati mereka. Saya pernah memegang anak yang usianya hampir 4 tahun tetapi ngomongnya belum jelas. Akibatnya mereka terkadang jadi emosi, atau yang sering disebut tantrum, karena merasa susah untuk mengungkapkan kemauan mereka atau orang disekitarnya susah untuk menangkap keinginan mereka. Berusahalah untuk mengerti keinginan mereka. Jika kita tidak bisa mengerti apa yang dibicarakannya, dan si anak mengeluarkan emosinya, bersiaplah untuk merespon tantrum tersebut.
Anak-anak batita senang dengan rasa mandiri, maka berikanlah mereka kesempatan memilih, tetapi batasilah pilihan yang ada. Dan bagi batita yang sudah cukup besar, berikan sedikit rasa tanggung jawab dengan memberikan mereka kesempatan untuk menjadi asisten. Hal yang sederhana seperti diatas terkadang dapat membantu batita menjadi merasa aman, dan nyaman, berada di kelas.
Saat berbicara dengan kelompok batita, kita harus all-out. Jadilah ekspresif dalam menyampaikan sesuatu. Mereka senang loh kalau kita 'seru'  (walau kita merasa malu). Ajaklah mereka untuk berpartisipasi dalam hal-hal yang kita lakukan. Dan saat mengajar, gunakanlah berbagai macam metode yang dapat menarik dan memfasilitasi cara belajar mereka yang unik. Tidak perlu banyak alat, bisa juga dengan suara kita yang bervariasi, memakai kostum yang sesuai, berani terlihat konyol, tertawa bersama mereka, dan yang terutama ajarlah mereka dengan kasih. Nikmatilah saat bersama mereka, walau sangat menguras tenaga.

4.  Kenalilah orang tua mereka
Seperti peribahasa mengatakan tak kenal maka tak sayang, maka demikian juga saat kita berurusan dengan dunia anak. Sebagai orang tua, saya mengerti rasanya tenang jika ada orang yang saya kenal di kelas anak-anak. Bahkan sebagai kakak yang bertugas di kelas kecil, saya juga mengerti ketenangan orang tua saat menitipkan anak di kelas kami. Orang tua pasti langsung mengukur tingkat ketenangan mereka saat menaruh anak di kelas anak-anak. Jika mereka tidak yakin, mereka tidak akan menitipkan anak mereka di kelas. Oleh sebab itu, bangunlah hubungan dengan mereka. Tanyakan pertanyaan dan dengarkanlah orang tua ini. Saat mereka menjemput anak mereka, komunikasikan hal-hal yang dialami si anak selama berada di kelas. Dukunglah orang tua disetiap kesempatan. Jadilah kakak kelas yang tersedia dan rendah hati. Ijinkanlah mereka memberikan feedback atas pelayanan anak yang diberikan.
Walau tidak semua orang tua dapat bekerja sama dengan pelayanan anak, tetapi tetap bangun komunikasi dengan setiap orang tua, dan bahkan pengasuh si anak. Berbicara tentang pengasuh anak, terkadang mereka lebih mengerti anak-anak ini dibanding orang tuanya (mengenaskan juga sih). Oleh karena itu, komunikasi dengan pengasuh mereka pun harus terbentuk dengan baik, walau terkadang kita juga harus siap menjadi tempat curhatnya pengasuh-pengasuh ini :D

Tentunya lebih dari empat hal diatas, landasilah pelayanan kita dengan kasih, kebaikan, konsistensi, doa, dan kehadiran kita. Percayalah bahwa setiap yang kita lakukan dalam pelayanan anak tidak akan pernah sia-sia. Mereka tidak pernah terlalu muda untuk mengenal Tuhan. Tuhan memberkati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar