Jumat, 01 April 2016

Plus dan Minus dari Homeschool (Part 1)

Banyak orang bertanya kepada saya apa sih keuntungan homeschool (singkat HS)? Kekurangannya apa (bukan kerugian ya, karena kan memilih pendidikan untuk anak bukan jualan. Hehehe). ada banyak keuntungan dari HS yang bisa saya bagikan. Berikut beberapa yang bisa saya bagikan.

Keuntungan atau kelebihan Homeschool:
1. Kita bisa mendidik anak sesuai dengan visi yang kita inginkan. 
Jika kita memasukkan anak kita ke sekolah umum, pasti kita mencari sekolah yang sesuai dengan pandangan kita. Tetapi ada kalanya sekolah tersebut melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan pandangan kita dalam pendidikan. Andaipun sama, terkadang tenaga pengajar dalam sekolah itu belum tentu punya visi yang sama dengan sekolah tersebut. Akibatnya si anak akan mendapatkan pengajaran yang tidak maksimal. Jika kita memilih HS, karena kita yang 'punya' sekolah, kita pasti dapat melakukan segala hal yang berhubungan dengan pendidikan sesuai dengan visi kita. 

2. Kurikulum lebih jelas
Waktu saya mengajar, di tahun yang sama, saya mengalami harus mengajar dengan 2 kurikulum berbeda walau keduanya agak mirip. Bagi beberapa guru, ada yang jadi semangat mengajar, ada juga kebingungan jadi mengajarnya tidak maksimal, bahkan ada yang salah kaprah sampai tidak mengajar malah memberikan tugas terus (tidak bermaksud menyinggung ya teman-teman pengajar). Yang kasihan juga adalah murid-muridnya. Mereka mengadu dari A sampai Z. Belum lagi kalau ganti menteri, kurikulum bisa berganti. 
Kalau HS, kita pilih kurikulum sesuai kemauan dan kemampuan kita dan anak. Memang ini bukan hal yang gampang (nanti saya coba bahas tentang kurikulum di artikel selanjutnya), tetapi setidaknya tidak memberatkan anak.

3. Dari segi biaya, HS lebih hemat dari sekolah umum. 
Apa saja sih yang harus dibayar saat masuk sekolah? Ada namanya uang pangkal, uang sumbangan, uang sekolah, uang buku, uang seragam, dan iuran-iuran lainnya (disesuaikan dengan jenis sekolahnya ya moms). Lalu buku si kakak belum tentu bisa dipakai oleh si adik karena kurikulum bisa berganti, atau tiba-tiba sekolah berganti kerjasama dengan penerbit buku yang lain. Kalau HS, pastinya gak ada uang pangkal, sumbangan, seragam, dan sebagainya. Beli buku pun cukup sekali, dan bisa dipakai turun temurun. Sehingga pengeluaran-pengeluaran di atas bisa dialokasikan untuk les yang sesuai dengan minat dan bakat si anak. Ok kan jadinya :) 

4. Sisi pergaulan
Banyak orang tua yang suka curhat sejak anaknya masuk TK, anaknya jadi mengikuti temannya suka memukul, berkata kasar dan sebagainya. Hal ini wajar karena anak itu belajar dari meniru. Syukur kalau meniru yang baik dari temannya. Tetapi rasanya lebih mudah bagi si anak meniru yang tidak baik. Memang sih proses meniru ini bukan hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan tempat tinggal, keluarga dan tempat lainnya. Masalahnya, saat ini, anak-anak banyak menghabiskan waktu di sekolah. Apalagi semakin tinggi tingkatan sekolahnya. Pada anak yang HS, pengaruh sisi pergaulan yang buruk lumayan diminimalkan. Karena waktu anak paling banyak ya bersama orang tua dan keluarga. Sehingga kalau mulai 'tercemar', sang orang tua dapat dengan segera mengatasinya

5. Kecepatan belajar dapat disesuaikan dengan anaknya
Beberapa teman saya bertanya kepada saya apakah saya punya referensi guru les anak-anak untuk anaknya yang saat itu umur 4 tahun. Maunya mereka sih kalau rumah mereka dekat dengan saya, saya saja yang ngelesin anaknya. Saya tanya kenapa umur 4 tahun kok sudah ngeles. Mereka bilang pelajaran di sekolah terlalu cepat (bisa bayangkan anak 4 tahun pelajarannya apa yang terlalu cepat), jadi si anak tidak dapat mengikuti. Lalu saya tanya teman anak-anak mereka dapat mengikuti atau tidak. Sebagian bisa, sebagian tidak. Yang tidak dapat mengikuti kebanyakan les juga. Bahkan ada teman yang disarankan oleh guru anaknya (anaknya masih playgroup dan lumayan aktif) untuk memasukkan anaknya umur 3 tahun ke tempat les karena si anak belum dapat mengenali huruf dengan baik. Dengan kata lain, anak-anak ini dipaksa menyesuaikan kecepatan belajar mereka dengan kelas, tanpa dilihat kecepatan si anak tersebut.

Dengan HS, kemajuan bahan pelajaran dapat disesuaikan dengan kemampuan si anak. Jika si anak dilihat mampu, bisa dimajukan bahannya. Tetapi jika si anak tiba-tiba 'nge-hang', kecepatan belajar bisa dikurangi dan bagian yang rasanya belum dikuasai anak tersebut bisa diulang. 

6. Minat dan bakat si anak lebih tergali
Dengan HS, si ibu bisa mengamati anaknya setiap saat dan lebih bisa mengenali minat dan bakat si anak. Proses pembelajaran pun menjadi lebih terarah dan tentunya si anak dapat mengikuti les-les yang sesuai dengan minat bakatnya. 

7. Hemat waktu dan terhindar dari macet
Rasanya bunda-bunda yang harus mengantar anak ke sekolah mengerti rasanya harus bangun lebih pagi, buat bekal, ngantar anak, jemput anak itu sangat menghabiskan waktu. Belum lagi kalau kena macet. Walau di kompleks perumahan suka ada sekolah, tetap saja akan ada antrian saat jam antar jemput. Kalau HS kan di rumah, otomatis waktu lebih fleksibel dan yang paling penting gak kena macet. 

8. Aktivitas anak lebih bervariasi, bahkan urusan dapur bisa jadi aktivitas anak
Bahagianya saya dengan HS segala hal bisa jadi aktifitas untuk si anak. Craft bisa dari bahan-bahan recycle, memasak bisa jadi aktifitas anak, bahkan merapikan meja makan pun bisa menjadi sarana untuk belajar. Semua jadi lebih fun saudara-saudara. Dan anak pun menjadi lebih punya banyak ide gila kreatif yang tidak pernah saya bayangkan. 

9. Anak tidak sering tertular sakit dari teman
Ok, untuk bahasan ini, default-nya adalah anak yang sehat ya. Biasanya kalau anak sudah sekolah, tiap minggu bisa giliran batuk-pilek. Belum lagi kalau satu anak kena cacar, apalagi kalau orang tuanya model cuek dan tetap suruh anak sekolah, alamat satu kelas bisa ketularan. Satu kena flu Singapore, bisa jadi satu kelas ganti-gantian sakit. Berapa banyak biaya dokter yang harus keluar, berapa banyak obat yang harus diminum si anak. Memang sih ada  orang tua yang berpikir tidak apa kok, sekalian melatih daya tahan tubuh. Tetapi sayang rasanya anak dari kecil bolak-balik sakit. Lalu, apakah menjamin kalau HS anaknya gak gampang sakit? Tentu tidak. Kan balik lagi ke daya tahan si anak, kebersihan lingkungan, kepedulian orang tua akan kesehatan dan segudang faktor lainnya. Tetapi....lebih berkuranglah sering sakitnya si anak. Karena kan berkurang resiko terpapar dengan anak lain yang lagi sakit. 

10. Melatih anak untuk mandiri
Untuk poin yang ini, harusnya sih anak yang sekolah juga bisa cepat mandiri. Tergantung orang tuanya ya. Tetapi kecenderungannya, anak yang sekolah jarang dilatih untuk membereskan mainan sendiri di rumah, atau merapikan tempat tidur sendiri, atau mencuci piring (si adik dari umur 1,5 tahun rebutan mau cuci piring sama kakaknya), dan urusan rumah tangga lainnya. Karena biasanya pulang dari sekolah si anak sudah capek di jalan, lalu ada les ini itu. Kalau yang HS, minimal dia lihat mamanya sibuk jadi mbak di rumah beberes rumah, pasti jadi penasaran. Dan tanpa disuruh anak-anak ini berinisiatif untuk membantu (terharu loh melihatnya)

11. Menghindari bullying
Poin ini merupakan poin tambahan yang saya baru masukkan setelah saya merampungkan part 2. Kenapa akhirnya saya masukkan? Karena terlalu banyak membaca berita anak yang di-bully di sekolah, baik oleh guru maupun oleh temannya. Tidak sedikit yang trauma bahkan sampai ada yang meninggal. Hal ini mengakibatkan beberapa orang memilih HS untuk anaknya karena anaknya takut untuk kembali ke sekolah.

Itu beberapa kelebihan yang bisa saya bagikan. Pada part 2, akan saya bagikan beberap hal yang bisa dikategorikan kekurangan dari Homeschool. 

taken from http://www.newglaruspubliclibrary.org/homeschool-resources

Tidak ada komentar:

Posting Komentar