Kamis, 28 Maret 2024

Field Trip: Menikmati TMII yang Bebas Polusi

Sebagai homeschooler, akan lebih enak kalau tidak sendirian. Apalagi untuk acara field trip. Maka beberapa waktu lalu, komunitas kami mengadakan field trip ke TMII. Memang sebelum pandemi kami sudah pernah melakukan field trip ke TMII. Namun ada beberapa  yang belum pernah ke TMII. Maka para PIC yang bertugas pun mengadakan acara ke TMII lagi.

Untuk kunjungan kali ini, jadwal yang ada adalah naik cable car, mengunjungi Museum PP IPTEK, dan berakhir di anjungan Maluku. Sedikit berbeda dengan kunjungan kami yang sebelumnya, yaitu ke PP IPTEK dan Dunia Air Tawar dan Dunia Serangga.

Di hari yang dinantikan, kami pun berkumpul di parkiran dekat cable car. Sedikit berbeda dengan kunjungan kami dahulu, TMII sekarang menerapkan area bebas polusi. Dengan demikian kami tidak dapat lagi berkeliling menggunakan kendaraan pribadi seperti dulu. Pihak TMII sih menyediakan mobil listrik yang berkeliling di TMII. Kendaraan ini free alias tidak dipungut biaya. Namun ya sabar menunggu saja.

Udara jauh lebih bersih di TMII sekarang

Setelah semua sudah berkumpul, maka kami pun menuju cable car. Setiap cable car diisi oleh beberapa anak-anak dan dua orang dewasa. Papa pun bertugas mendampingi anak-anak laki-laki. Sementara kami bersama-sama dengan teman kami G. 

Pertanyaan anak-anak setiap ada gajlukan: aman kan ya?
Kastil yang terlihat dari Cable Car

Karena di bulan itu kami sedang belajar mengenai karakter attentiveness, maka anak-anak pun diberi tugas untuk memperhatikan apa yang ada di bawah cable car. Dan mereka baru menyadari bahwa dari atas mereka melihat peta Indonesia. 

Pulau apakah ini? Foto by si kecil
Rumah adat yang terlihat dari atas.

Perlu diingat bahwa cable car bukan dari satu titik ke titik yang lain. Cable car ini akan kembali ke stasiun awal pemberangkatan. Dengan demikian, setelah selesai naik cable car, maka kami pun berjalan bersama-sama menuju shuttle bus. 

Rusuh bersama di Shuttle Bus

Tujuan kami yang kedua adalah PP IPTEK. Walau sudah pernah mengunjungi PP IPTEK sebelumnya, tapi anak-anak tetap antusias. Tujuan utama di PP IPTEK adalah melihat rocket show

Disambut bumblebee nih

Di benak saya, rocket show ini menggunakan tekanan dari pompa. Tetapi yang menarik, yang diadakan di sini adalah water rocket show. Roket air ini artinya air yang menjadi bahan bakar dari si roket. Dengan demikian, air dalam jumlah yang cukup akan mendorong si roket untuk meluncur ke atas. Di sini anak-anak diajak berkenalan dengan Hukum III Newton, yaitu aksi = reaksi.

Serasa jadi Indiana Jones
Menunggu eksperimen

Yang menarik di kunjungan di PP IPTEK kali ini adalah ada beberapa eksperimen yang dapat dilakukan. Dibanding saat anak-anak masih kecil, mereka lebih bisa mengikuti eksperimen-eksperimen yang dilakukan. 

Setelah dari PP IPTEK, kami bersama-sama akan menuju Anjungan Maluku. Karena shuttle bus yang lama, kami memilih berjalan menuju anjungan Maluku. Kunjungan ke anjungan Maluku pun terasa Istimewa karena ada sahabat satu kos di Jogja dulu yang menjadi penanggung jawab anjungan Maluku.

Wajah-wajah kepanasan menunggu shuttle bus, yang diakhiri dengan jalan kaki menuju anjungan.

Foto bersama sohib dulu :)

Setelah makan siang di anjungan, Ibu Stella menyambut kami dan menerangkan beberapa hal yang berhubungan dengan Provinsi Maluku. Provinsi yang terkenal dengan rempah-rempahnya ini disebut juga sebagai Provinsi Seribu Pulau. Hal ini tidaklah mengherankan karena ada kurang lebih 1,392 pulau yang berada di kepulauan Maluku. Pulau-pulau ini ada pulau besar, seperti Pulau Seram, Buru, Yamdena, dan Wetar. Ada juga pulau kecil seperti Ambon, Banda, Kei, Aru, Saparua, dan Tanimbar.

MC Kondang kami beraksi

Namanya juga kepulauan, maka dikelilingi laut-laut. Dan melihat gambar dari laut-laut yang ada, tidak heran jika orang Maluku sangat bangga dengan laut mereka. Pasir yang putih dan air yang biru menjadi daya tarik dari laut-laut yang ada. 

Si abang sedang beraksi.

Salah satu kegiatan yang menarik di anjungan Maluku adalah kita dapat melihat bentuk rumah adat di Maluku. Dan karena sangat luas, bisa digunakan untuk acara-acara umum. Selain itu di sini juga ada galeri. Di galeri ini berisi bermacam-macam aneka barang khas Maluku. Perhiasan dari Mutiara, hiasan-hiasan dari kulit kerang pun menjadi ciri khas Maluku.

Foto bersama kami

Acara field trip kami diakhiri dengan foto bersama di depan Anjungan. Setelah itu setiap keluarga bebas berkeliling dan melanjutkan acara masing-masing. Tidak seperti kunjungan kami sebelumnya yang sempat mampir ke museum hakka, kali ini kami memutuskan langsung pulang. 

Tertangkap paparazi saat kami sedang berjalan kaki dari anjungan ke parkiran

Rabu, 31 Januari 2024

Bazaar Kami....


Berdasarkan pengalaman saat kami sekolah dulu, di sekolah sering sekali diadakan bazaar. Biasanya bazaar yang ada bertujuan untuk melatih si anak berjualan ataupun bisa juga untuk menggalang dana saat akan dilakukan suatu kegiatan. Namun bagi para homeschooler, apakah itu mungkin?

Ternyata mungkin loh, guys (mamak mulai tertular si kecil suka ngomong guys saat v-log). Akhir tahun lalu kami dua kali mengikuti kegiatan bazaar dari dua komunitas homeschool yang kami ikuti. Tentunya ada keseruan di setiap bazaar tersebut.

Kegiatan bazaar yang pertama bertemakan resourcefulness. Resourcefulness didefinisikan sebagai bijak dalam menggunakan sesuatu yang biasanya tidak dianggap atau akan dibuang. Dari tema besar ini anak-anak diminta untuk menyiapkan sesuatu yang Go Green and Healthy, berdasarkan apa yang bisa dilakukan oleh setiap keluarga. Hasil yang didapat akan dikumpulkan untuk kegiatan ke panti rencananya.

Suasana bazaar... sayang dokumentasi hanya sedikit. hehehe

Anak-anak pun memberi ide untuk membuat healthy granola bar. Tentunya untuk membuat ini, anak-anak pastinya bekerja sama dengan si papa. Untuk rasa sih jangan ditanya, saya yang biasa tidak suka granola bar yang dijual (Cuma menang manis aja soalnya kan) jadi suka makanan buatan papa dan anak-anak (yang tentunya lebih sehat dan penuh cinta).

Kegiatan bazaar yang kedua adalah saat kumpul akhir tahun. Tujuannya adalah melatih anak-anak untuk berjualan, menyiapkan bahan jualan sendiri, dan mulai mengkalkulasi modal dan untung. Bahkan panitia memberikan hadiah bagi booth yang paling keren.

Kami pun meminta anak-anak untuk menyiapkan semua sendiri. Kalau bazaar pertama per keluarga, bazaar kali ini beberapa anak dijadikan satu kelompok. Jadi mereka yang merencanakan mau menjual apa, mau mendekor booth mereka dengan apa, dan sebagainya.

Kelompok anak-anak yang bernama Merry Sweets ini berencana menjual paket yang berisi homemade Christmas decorations, bookmarks, roti srikaya, dan homemade gummies. Kami cukup salut dengan empat anak ini karena mereka betul-betul berusaha membuat dan menjual semuanya tanpa bantuan orang tua.

Kurang cici K yang sedang sakit, digantikan li'l K =D

Lalu apa yang dipelajari dari kegiatan bazaar ini? Mereka semakin belajar bahwa setiap rupiah yang didapatkan pastinya bukan untuk digunakan semau mereka. Dari uang yang mereka dapat, sepersepuluh menjadi bagian Tuhan,  setengah ditabung dan sisanya dibelikan barang yang mereka suka.

Pemenang dekor terkeren

Booth lain yang tidak kalah keren

Selasa, 07 November 2023

Our Short Term Project Physical Education

Bagi para homeschooler, pemilihan mata pelajaran menjadi preferensi masing-masing keluarga. Memang ada mata pelajaran yang wajib seperti bahasa, matematika, agama, dan science. Tetapi ada juga yang menjadi pelajaran pilihan, dalam arti tidak selalu ada di setiap semester.

Di rumah kami, yang menjadi pilihan adalah Physical Education atau yang biasa dikenal olahraga. Berhubung kami bukan keluarga yang suka sekali berolahraga berat, olahraga pilihan kami tidak jauh dari berenang dan atletik. Di semester ini, kami membuat short project di bidang Physical Education

101 Tennis

Dimulai dari si kecil yang suka jungkir balik, roll depan dan roll belakang dimana saja. Kami pun teringat, waktu kakak-kakaknya masih umur dua, mereka diikutkan Gymb***e. Segala hal yang berhubungan dengan motoric kasar dilatih di sini. Tujuannya sih supaya mereka tahu cara rolling yang benar.

Tetapi karena si kecil bertumbuh di masa apa-apa di rumah saja dan karena sudah tidak ada lagi Gymb***e terdekat, maka si kecil tidak ikut kelas apa-apa. Yang dia lakukan adalah mengimitasi kegiatan Lynn B yang sangat bagus motoric kasarnya. Akhirnya kami pun mencoba mencari tempat yang bisa memfasilitasi hal ini.

Setelah searching dan trial, kami pun bergabung dengan salah satu club. Menariknya, uang les bulanan anak kedua dan ketiga hanya setengah harga dari anak pertama. Apalagi biaya pendaftaran hanya goban. Dah setelah dikalkulasi, harga les per anak hitungannya murah karena ada berbagai cabang olahraga yang bisa diikuti  sebebas mereka. Mamak pun berdiskusi dengan kepala sekolah dan kepala sekolah setuju dengan short term project ini.

Ini seperti oase di tengah padang pasir untuk Lynn B. Dia yang selalu ribut mau belajar soccer pun bisa mencoba di sini. Alhasil short-term project dilakukan dengan bahagia bagi si tengah ini. Olahraga yang diambil ada futsal, tenis, basket, berenang, dan gymnastics.

Tujuan kami adalah agar anak-anak bisa mengenal bermacam cabang olahraga dengan cara yang lebih menarik. Bukan sekedar menghapalkan luas lapangan, tetapi mencoba melakukan olahraga dengan tepat dan benar. Selain itu, mereka pun belajar teamwork dalam olahraga.

Banyak orang yang tidak menyangka anak-anak merupakan homeschooler. Mereka berdua dengan cepat beradaptasi dan mempunyai teman-teman. Dalam permainan beregu pun mereka bisa bekerjasama dengan baik. Nah, siapa bilang homeschooler tidak dapat bersosialisasi kan?

Apa yang kami dapatkan di akhir short term kami? Untuk si kakak yang sangat nyeni, olahraga bukanlah sesuatu yang utama. Apalagi si kakak ini suka clumsy. Kena bola basket pun sudah berkali-kali. Tetapi saat kami memutuskan mengikutkan dia di short-term project ini, kami ingin dia dapat mengatasi ketakutan untuk rolling di bar saat gymnastic.

Saat dia masih umur enam, kakak ikut gymnastic, bahkan sempat disuruh ikut kompetisi internasional sebelum tangannya retak. Yang awalnya dia tidak takut untuk rolling di bar, karena ketemu pelatih yang tidak sabaran dan mendorong dia untuk cepat-cepat roll di bar, kakak sempat tidak berani roll di bar. Bersyukurnya di short-term project ini dia jadi belajar untuk mengatasi ketakutan dan akhirnya terbiasa lagi muter di bar. Si kakak pun diajak untuk masuk kelas advance

Untuk cabang olahraga yang lain, kakak yang memang hobi mencoba, dengan senang hati mencoba parkour, basket dan tenis. Kemampuan dia bermain basket dan tenis pun lumayan terlatih sekarang. Bahkan pelatihnya pun berkata kakak mempunyai kemampuan dalam basket dan tenis.

Bagaimana dengan futsal? Kami hanya meminta dia ikut tiga kali, supaya gak buta-buta amat dengan futsal. Di pertemuan pertama, dia langsung menyatakan this isn’t her type. Tetapi dia mencoba sampai yang ketiga.

Untuk si Tengah, Lynn B, semua kerinduan dia akan gymnastics terpenuhi. Bukan hanya di kelas biasa, tetapi adik ikut di kelas yang lebih advance. Parkour, futsal, basket, dan tenis juga diikuti oleh adik. Dari ketiga kelas tersebut, futsal masih menjadi favoritnya. 

Futsal untuk si adik.

Salah satu yang menjadi pergumulan adik adalah berenang. Adik selalu ketakutan tidak bisa bernafas di air (yang selalu kami jawab ya pasti gak bisa, kamu kan manusia dan bukan ikan). Tetapi setelah short-term ini ada kemajuan yang kami lihat.

Untuk si kecil, kami dapat melihat bahwa memang dia mempunyai motoric kasar yang sangat bagus untuk anak seusia dia. Dengan cepat dia menyerap segala yang diajarkan pelatih. Tapi tentu saja, as the youngest, suka ada drama =D

Sebagai orang tua yang memilih untuk mendidik anaknya di rumah, seringkali kita merasa dituntut untuk memenuhi sisi akademis mereka. Tetapi faktanya, bagi sebagian anak yang tidak terlalu baik dalam bidang akademis, kegiatan belajar menjadi beban. Di sini tantangan kita untuk bisa melihat potensi mereka tanpa mengabaikan memberi asupan akademis yang dibutuhkan.